Matahari
mulai memunculkan sinarnya untuk semesta, mengantarkan pagi yang baru, membangunkan
manusia untuk bahagia. Sinar matahari mulai menembus jendela kamar Anika yang
ditutupi kain Mewah. Anika terbangun sejenak, ia menatap langit-langit kamar. Matanya
masih terasa berat sebab tangisannya tadi malam.
Anika
duduk di sisi ranjangnya gadis itu melihat sudut kamar kecilnya yang terpasang
fotonya dengan keluarga bahagianya. Di tengah keheningan, tiba-tiba terdengar
suara pecahan piring kaca dari luar.
Seperti
Biasa, Anika hanya bisa menangis dan menutup telinga dengan kedua tangannya.
Air matanya bergulir tiada henti. Rasanya gadis itu tak sanggup lagi tetap
bertahan dalam situasi seperti ini. Anika tidak kuat lagi hidup dalam lingkaran
kesedihan di dalam rumahnya.
Anika
Berjalan perlahan ke luar dari rumah tanpa menghiraukan suara-suara yang sangat
mengganggunya. Di tepian jalan Ãa tetap berjalan tanpa tujuan, sembari melihat
kendaran melaju melewatinya. la menatap sekelilingnya di antara bayang bayang
pepohonan dan rumah. Anika Berhenti melangkah saat melihat Seseorang berhenti
tepat di depannya.
"Ada
yang mau kukatakan padamu" Orang itu memulai pembicaraan.
Anika
lantas menatap orang itu. la sangat kenal dengan wanita yang kini di depannya.
"Kenapa?"
Wanita itu bertanya kepada Anika dengan sangat datar.
Anika
hanya diam. "KENAPA KAU HARUS ADA DI ANTARA KAMI, KENAPA KAU HARUS LAHIR
DI DUNIA INI!” Wanita itu mulai Membentak.
Wanita
itu mendorong Anika ke jalan hingga terjatuh.
"PERGI!
"
Anika
memegang sikunya yang sedikit berdarah kemudian Berdiri. Tanpa rasa takut, ia
mendekati wanita itu dengan menunduk.
"Apa kata anda? kenapa saya harus lahir
di dunia?
Anika
kemudian mendongak "TANYAKAN SENDIRI PADA SUAMI ANDA! KENAPA DIA SUDI
PUNYA ISTRI JALANG SEPERTI ANDA!” Aniika membalas bentakan itu.
Ini
tidak hanya sekali dua kali seperti ini. Dan kali ini, dia melawan karena ia
merasa sudah sangat muak dengan situasi seperti ini.
Anika
berbalik badan berniat untuk pulang
"Hilanglah
dari dunia ini, dasar Anak Jalang!" ucap wanita itu Anika terus melangkah
sembari terisak diiringi teriakan wanita itu.
Anika
adalah gadis sederhana yang hidup dengan kasih sayang dari ayah-ibunya.
Hidupnya berkecukupan,.la merasa sangat nyaman dengan dunianya. Tetapi semua
itu hanya sementara. Ayahnya ternyata
telah mendua dengan perempuan lain dan lebih parahnya lagi, ayah dan
selingkuhannya sudah mempunyai anak yang seumuran dengan Anika.
Anika
dan ibunya dijauhi semua orang karena mereka mengira bahwa ibunyalah yang
menjadi wanita simpanan ayahnya. Ibunya dianggap menjadi jalang. Mereka terus
mencemooh Anika dan ibunya tanpa memperdulikan separah apa dampaknya kepada
Anika dan ibunya.
Ayah
dan selingkuhannya berkerja sama untuk merebut harta ibunya.
Selanjutnya
teror mulai mendatangi keluarganya hingga menumbuhkan kesalahpahaman antara ibu
dan ayah, setiap hari Ibu dan ayah terus saja bertengkar sampai menimbulkan
suara pecahan kaca.
“Nika?”
panggil ibunya membuyarkan lamunan Anika. Gadis itu tetap terdiam
"Anika
sayang, tolong buka pintunya sayang, ibu mau bicara tentang kepindahan
kita"
Ibu
memang sudah merencanakan kepindahannya. Pindah ke daerah yang cukup jauh, jauh
dari orang-orang yang melukainya. Tapi bagi Anika, ini hanyalah pelarian diri.
Raganya jauh tapi jiwa dan pikirannya masih di tempat yang sama. Anika sudah
terlanjur merasa frustasi berkepanjangan.
Dalam
pikirannya yang berisik ia mendengar suara Naya saudari tirinya anak dari
selingkuhan ayahnya. Naya menginginkan Anika lenyap dari dunia ini. Naya ingin
Anika Meninggalkan dunia ini.
***
Anika
melihat tubuhnya yang terbujur kaku yang ditumpahi tangisan penyesalan dari
kedua orang tuanya. Ia mengingat keadaan yang begitu cepat.
Awalnya
ia berniat memutuskan nadinya dengan guting hitam yang ada di meja belajarnya. Ia
merasa yakin dengan apa yang akan dilakukannya, ia tahu resikonya akan seperti
apa, tapi situasi yang terus mendesaknya dan membuat ia yakin akan meninggalkan
dunia ini. Namun ia urungkan niat ini dan mencoba bertahan dengan segala
kondisi yang harus ia jalani.
Anika
pun meletakkan kembali gunting hitamnya. Tidak lama saat ia mau berdiri dari
kursi belajarnya, ia merasakan sakit kepala yang sangat hebat tidak seperti
biasanya ia rasakan. Semakin lama sakitnya menjalar ke matanya. Anika pun tidak
bisa melihat sekelilingnya dengan jelas. Gulir darah keluar dari hidungnya.
Anika tidak kuat lagi menopang tubuhnya dan akhirnya Anika pingsan.
Saat
Anika masih menutup mata, muncul cahaya putih menyinari dirinya. la pikir
cahaya itu muncul atas luapan fantasinya yang berhasil memutus urat nadinya.
Kemudian Anika tahu bahwa kematiannya akan membawa keadaannya menjadi lebih
baik dan ini yang diinginkan semua orang.
Anika
tersenyum, ia tak merasakan kesedihan Sekarang, ia tak perlu merasakan
kekerasan dari orang-orang disekelilingnya. la sudah bebas dan hidup dalam
kedamaian yang dirindukan.