Pre-Order Buku Kritik Sastra Cerpen Karya Ali Akbar Navis



Judul Buku    : Kritik Sastra Cerpen Karya Ali Akbar Navis

Penulis            : Muhammad Muhajirin, Ailsya Fauzia, dan Muwafiqillah

Halaman         : 200 halaman

Harga              : 60.000

Stok                  : 75 Buku (Cetakan Pertama)

Free Pembatas Buku

Sinopsis

Buku ini merupakan hasil dari upaya mendalam untuk menganalisis dan mengkritisi cerpen-cerpen karya A.A. Navis, seorang sastrawan besar Indonesia yang dikenal dengan karya-karya satirnya yang tajam dan penuh makna.

A.A. Navis adalah seorang pengarang yang tidak hanya mampu menyuguhkan cerita yang menarik, tetapi juga berhasil menyampaikan kritik sosial yang mendalam melalui karyanya. Dalam cerpen-cerpennya, Navis sering kali mengangkat isu-isu yang relevan dengan kondisi masyarakat Indonesia, baik pada zamannya maupun hingga kini. Melalui gaya bahasanya yang lugas dan humoris, Navis mampu menyentuh berbagai aspek kehidupan sosial, budaya, dan politik, serta mengajak pembacanya untuk merenung dan berpikir kritis.

Info dan Pemesanan: 087834433309 (Digdaya Book)

Pre-Order Buku Menggapai Gereja Impian: Dinamika Panjang Pendirian GBI Tlogosari Semarang



Judul Buku    : Menggapai Gereja Impian: Dinamika Panjang Pendirian GBI Tlogosari Semarang

Penulis            : Naufal Sebastian, S.H., M.H.

Halaman         : 109 halaman

Harga              : 50.000

Stok                  : 100 Buku (Cetakan Pertama)

Free Pembatas Buku

Sinopsis

Buku ini sepenuhnya menyajikan pergumulan empirik dinamika membangun gedung Gereja di Tlogosari Kota Semarang. Tidak saja dinamika dalam pespektif hukum. Dinamika sosial masyarakat di seputar lokasi pendirian gedung Gereja ini sungguh menarik untuk pembelajaran semua umat beragama. Buku ini adalah sebuah peringatan keras, bahwa moderasi beragama haruslah diperjuangkan, tidak hanya didiskusikan dalam seminar maupun ruang-ruang kelas.


Info dan Pemesanan: 087834433309 (Digdaya Book)

Sembilu Nayanika

 


Matahari mulai memunculkan sinarnya untuk semesta, mengantarkan pagi yang baru, membangunkan manusia untuk bahagia. Sinar matahari mulai menembus jendela kamar Anika yang ditutupi kain Mewah. Anika terbangun sejenak, ia menatap langit-langit kamar. Matanya masih terasa berat sebab tangisannya tadi malam.


Anika duduk di sisi ranjangnya gadis itu melihat sudut kamar kecilnya yang terpasang fotonya dengan keluarga bahagianya. Di tengah keheningan, tiba-tiba terdengar suara pecahan piring kaca dari luar.

 

Seperti Biasa, Anika hanya bisa menangis dan menutup telinga dengan kedua tangannya. Air matanya bergulir tiada henti. Rasanya gadis itu tak sanggup lagi tetap bertahan dalam situasi seperti ini. Anika tidak kuat lagi hidup dalam lingkaran kesedihan di dalam rumahnya.

 

Anika Berjalan perlahan ke luar dari rumah tanpa menghiraukan suara-suara yang sangat mengganggunya. Di tepian jalan ía tetap berjalan tanpa tujuan, sembari melihat kendaran melaju melewatinya. la menatap sekelilingnya di antara bayang bayang pepohonan dan rumah. Anika Berhenti melangkah saat melihat Seseorang berhenti tepat di depannya.

"Ada yang mau kukatakan padamu" Orang itu memulai pembicaraan.

Anika lantas menatap orang itu. la sangat kenal dengan wanita yang kini di depannya.

"Kenapa?" Wanita itu bertanya kepada Anika dengan sangat datar.

Anika hanya diam. "KENAPA KAU HARUS ADA DI ANTARA KAMI, KENAPA KAU HARUS LAHIR DI DUNIA INI!” Wanita itu mulai Membentak.

 

Wanita itu mendorong Anika ke jalan hingga terjatuh.

"PERGI! "

 

Anika memegang sikunya yang sedikit berdarah kemudian Berdiri. Tanpa rasa takut, ia mendekati wanita itu dengan menunduk.

 "Apa kata anda? kenapa saya harus lahir di dunia?

Anika kemudian mendongak "TANYAKAN SENDIRI PADA SUAMI ANDA! KENAPA DIA SUDI PUNYA ISTRI JALANG SEPERTI ANDA!” Aniika membalas bentakan itu.


Ini tidak hanya sekali dua kali seperti ini. Dan kali ini, dia melawan karena ia merasa sudah sangat muak dengan situasi seperti ini.


Anika berbalik badan berniat untuk pulang

"Hilanglah dari dunia ini, dasar Anak Jalang!" ucap wanita itu Anika terus melangkah sembari terisak diiringi teriakan wanita itu.


Anika adalah gadis sederhana yang hidup dengan kasih sayang dari ayah-ibunya. Hidupnya berkecukupan,.la merasa sangat nyaman dengan dunianya. Tetapi semua itu hanya sementara.  Ayahnya ternyata telah mendua dengan perempuan lain dan lebih parahnya lagi, ayah dan selingkuhannya sudah mempunyai anak yang seumuran dengan Anika.


Anika dan ibunya dijauhi semua orang karena mereka mengira bahwa ibunyalah yang menjadi wanita simpanan ayahnya. Ibunya dianggap menjadi jalang. Mereka terus mencemooh Anika dan ibunya tanpa memperdulikan separah apa dampaknya kepada Anika dan ibunya.

Ayah dan selingkuhannya berkerja sama untuk merebut harta ibunya.


Selanjutnya teror mulai mendatangi keluarganya hingga menumbuhkan kesalahpahaman antara ibu dan ayah, setiap hari Ibu dan ayah terus saja bertengkar sampai menimbulkan suara pecahan kaca.

“Nika?” panggil ibunya membuyarkan lamunan Anika. Gadis itu tetap terdiam

"Anika sayang, tolong buka pintunya sayang, ibu mau bicara tentang kepindahan kita"


Ibu memang sudah merencanakan kepindahannya. Pindah ke daerah yang cukup jauh, jauh dari orang-orang yang melukainya. Tapi bagi Anika, ini hanyalah pelarian diri. Raganya jauh tapi jiwa dan pikirannya masih di tempat yang sama. Anika sudah terlanjur merasa frustasi berkepanjangan.

Dalam pikirannya yang berisik ia mendengar suara Naya saudari tirinya anak dari selingkuhan ayahnya. Naya menginginkan Anika lenyap dari dunia ini. Naya ingin Anika Meninggalkan dunia ini.

***

Anika melihat tubuhnya yang terbujur kaku yang ditumpahi tangisan penyesalan dari kedua orang tuanya. Ia mengingat keadaan yang begitu cepat.

Awalnya ia berniat memutuskan nadinya dengan guting hitam yang ada di meja belajarnya. Ia merasa yakin dengan apa yang akan dilakukannya, ia tahu resikonya akan seperti apa, tapi situasi yang terus mendesaknya dan membuat ia yakin akan meninggalkan dunia ini. Namun ia urungkan niat ini dan mencoba bertahan dengan segala kondisi yang harus ia jalani.


Anika pun meletakkan kembali gunting hitamnya. Tidak lama saat ia mau berdiri dari kursi belajarnya, ia merasakan sakit kepala yang sangat hebat tidak seperti biasanya ia rasakan. Semakin lama sakitnya menjalar ke matanya. Anika pun tidak bisa melihat sekelilingnya dengan jelas. Gulir darah keluar dari hidungnya. Anika tidak kuat lagi menopang tubuhnya dan akhirnya Anika pingsan.


Saat Anika masih menutup mata, muncul cahaya putih menyinari dirinya. la pikir cahaya itu muncul atas luapan fantasinya yang berhasil memutus urat nadinya. Kemudian Anika tahu bahwa kematiannya akan membawa keadaannya menjadi lebih baik dan ini yang diinginkan semua orang.

Anika tersenyum, ia tak merasakan kesedihan Sekarang, ia tak perlu merasakan kekerasan dari orang-orang disekelilingnya. la sudah bebas dan hidup dalam kedamaian yang dirindukan.

Telaah Praktek Pendidikan yang Memerdekakan


Koneksi Antar Materi -Topik 5

Mahasiswa membuat sebuah kesimpulan dan pesan kunci dengan mengaitkan pemahaman dari Topik V dengan Topik I, Topik II, Topik III dan Topik IV. Sejauh mana topik tentang Telaah Praktik Baik Pendidikan yang Memerdekakan Peserta didik.

A.   Keterkaitan Topik I dan V


Pada Topik I kita telah mempelajari mengenai "Perjalanan Pendidikan Indonesia" yang ditandai dengan rentang waktu sebelum dan sesudah masa kemerdekaan. Pada masa Hindia Belanda keberadaan satuan pendidikan digunakan untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan bagi penjajah. Kalangan yang merasakan pendidikan pada masa itu adalah para bangsawan yang memiliki peran penting bagi pemerintah colonial, sehingga kesenjangan terjadi bagi masyarakat pribumi non-bangsawan.

Dimulai dari abad 19 dengan pelaksanaan Politik Etis yang notebene dilatarbelakangi oleh kritis sosial yang muncul untuk memberikan kesejahteraan bagi tanah jajahan yang telah memberikan manfaat luar biasa bagi kejayaan Negara Netherland. Pendidikan menjadi isu sentral yang menginisiasi pendirian berbagai komunitas, sekolah, atau lembaga pendidikan diperuntukan untuk segala kalangan.

Sekolah Rakyat adalah salah satu tindakan Politik Etis oleh pemerintah Hindia Belanda, yang diperuntukan untuk masyarakat pribumi usia 7 sampai 12 tahun. Namun pada praktiknya Sekolah Rakyat ini masih belum benar-benar menjawab kebutuhan pendidikan masyarakat pribumi, adanya diskriminasi rasial dan biaya yang mahal membuat pelaksanaan pendidikan masa ini lebih berfokus pada kepentingan kolonial daripada memberikan pendidikan yang berkualitas bagi anak-anak pribumi.


Sekitar abad 20 bermunculan sekolah-sekolah atas inisiasi tokoh bangsa yang memiliki kesadaran terhadap kondisi pendidikan masa itu. Diantaranya adalah pendirian Taman Siswa oleh Ki Hadjar Dewantara dan sang istri dibantu oleh kawan perjuangan lainnya. Cikal-bakal pendidikan yang bernafaskan persatuan bangsa nampak dalam proses perjalanan Taman Siswa. Semangat nasionalisme ini yang nantinya akan melahirkan sistem pendidikan pasca- kemerdekaan.

Keterkaitan dari Perjalanan Pendidikan Indoesia dengan Pancasila sebagai Fondasi Pendidikan bangsa nampak adanya ciri khas mewujudkan pendidikan sebagai usaha untuk meraih kebahagiaan dan mencapai potensi yang dinginkan tiap manusia yang terdidik. Fondasi pendidikan yang digagas oleh Ki Hadjar mengajarkan rasa nasionalis dan persatuan bangsa yang merepresentasikan makna Pancasila seutuhnya.

B. Keterkaitan Topik II dan IV

 

Topik II kita telah belajar mengenai "Dasar Pendidikan Ki Hadjar Dewantara" yang menerangkan adanya pendidikan bertujuan untuk jalan menuju keselamatan dan rasa bahagia dalam hidup siswa sebagai manusia merdeka.

Pada masa kini, pendidikan adalah hal yang hak bagi setiap warga negara yang dijamin dan diberikan oleh negara untuk generasi penerus bangsa. Keberpihakan dalam pembelajaran menjadi fokus pendidikan masa kini yang secara cerdas telah dipikirkan oleh Ki Hadjar Dewantara dengan Sistem Among. Guru memberikan kebebasan kepada siswa agar dapat menemui dan mendalami apa yang ingin mereka temukan dan dalami (re: passion/cita- cita/keinginan) secara merdeka. Jalan kemerdekaan ini akan mengantarkan siswa dalam kebahagiaan dan keselamatan sebab dapat memenuhi rasa haus keinginantahuannya. Bayangkan jika semua orang mendalami yang memang ia berpotensi besar dalam bidangnya tersebut dengan perasaan senang tanpa adanya stereotip pada hal-hal tertentu. Betapa dunia akan berjalan dengan baik jika setiap manusia mencapai rasa bahagia sebab menjalani pada apa yang disenanginya. Perasaan senang akan melahirkan kreatifitas dan tahan banting dari keuletan ini maka manusia dapat mencapai potensi tertingginya. Maka Sistem among akan mengantarkan pada para siswa terdidik tanpa paksaan dengan dibantu oleh guru yang membimbing dengan asah, asih dan asuh.


 

Keterkaitan dengan pada Pendidikan yang Berpihak pada Peserta Didik dan Memerdekakan jelas nampak sebab guru mengakomodir hal-hal yang ada pada diri siswa untuk dikembangkan sesuai kodrat alam dan kodrat zaman abad 21 ini. Sehingga peserta didik akan lebih berkembang jika didukung setiap keinginan dan minat dalam diri peserta didik.

C. Topik III dan Topik V

 

Topik III membahas mengenai Identitas Manusia Indonesia yang tidak dapat dinafikan sebagai entitas keberagaman yakni menghayati nilai-nilai kemanusiaan khas Indonesia. Indonesia hadir dalam berbagai wajah, warna kulit, ras, etnik, suku, agama dan bahasa yang terangkum dalam nilai-nilai kebhinekatunggalikaan. Tanpa adanya nilai persatuan, praktik menghayati nilai-nilai Pancasila dalam pendidikan tidak akan benar-benar dihayati dan diresapi. Maka proses perwujudan Pancasila dialirkan melalui program Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) yang berlandaskan Manusia Pancasila Indonesia yang menjawab tantangan zaman abad 21.

Nampak jelas bagian keterkaitan Topik III dan Topik V yang membahas mengenai Identitas Manusia Indonesia yang ditemukan dalam Pendidikan yang Berpihak dan Memerdekaan pada Peserta Didik dalam Pendidikan Abad ke-21, dalam hal mengenali identitas pada peserta didik akan membuat guru memahami bagaimana memberikan pendidikan yang berpihak dan memerdekakan peserta didik utamanya dalam program P5.

A. Topik IV dan Topik V

 

Topic IV membahas mengenai Pancasila sebagai Fondasi Pendidikan Indonesia yang menjadi dasar pendidikan untuk mengakomodir setiap pengalaman peserta didik yang berbeda. Keberadaan keberagaman lintas-budaya dalam kehidupan bangsa Indonesia memberikan warna yang khas untuk dikuatkan dalam proses pembelajaran pada satuan pendidikan. Dengan mengenal keberagaman tersebut, maka penyelenggaraan pendidikan yang ada akan lebih memihak siswa. Kemerdekaan belajar yang diberikan kepada siswa diharapkan akan melahirkan peningkatan belajar.




Nama               : Solikhatun Khasanah

NIM                   2401680241

Prodi/Kelas     : PGSD/C

Mata kuliah     : Filosofi Pendidikan Indonesia