Prinsip Kepemimpinan Islam dalam Peningkatan Kemampuan Manajemen Pemimpin


Konsep Dasar Kepemimpinan Islam

Kepemimpinan merupakan suatu kemampuan seseorang mempengaruhi orang lain sehingga mereka bisa dengan penuh semangat  berusaha mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Kepemimpinan dalam Islam merupakan sebuah proses dalam mempengaruhi orang lain dengan memberikan contoh dan keteladanan seorang pemimpin yang dapat dilihat dari sikap dan perilaku seorang pemimpin. Konsep pemimpin dalam Islam atau selanjutnya disebut kepemimpinan Islam merupakan model kepemimpinan yang memiliki nilai-nilai yang berlandaskan pada sumber Al- Quran dan As-Sunnah atas praktik Rasullullah.

Kepemimpinan sebenarnya bukan sesuatu hal yang mesti menyenangkan, tetapi lebih merupakan sebuah tanggungjawab sekaligus amanah yang amat berat yang harus diemban dengan sebaik-baiknya.

Allah berfirman dalam QS al-Mu’minun Ayat 8-9 :

Dan orang-orang yang memelihara amanah (yang diembankannya) dan janji mereka, dan orang-orang yang memelihara sholatnya, mereka itulah yang akan mewarisi surga firdaus, mereka akan kekal didalamnya.

Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang berpegang pada nilai-nilai moral, etika yang bersumber pada ajaran agama yang dianutnya. Agar dapat melaksanakan tugasnya dengan sempurna maka ia harus memiliki pedoman atau konsep-konsep yang jelas dalam menjalankan kepemimpinannya.

 

Prinsip- Prinsip Kepemimpinan Dalam Islam

Al-Qur'an dan As-sunnah dalam permasalahan ini telah mengisyaratkan beberapa prinsip pokok dan tata nilai yang berkaitan dengan kepemimpinan. Prinsip-prinsip atau nilai-nilai tersebut antara lain:

a. Prinsip Tauhid

Tauhid merupakan dasar utama pemimpin Islam dalam menjalankan kepemimpinan Islam. Tauhid merupakan hal yang sangat penting dijadikan landasan bagi seorang pemimpin sebagai sebuah prinsip yang kokoh dalam melaksanakan kepemimpinannya. Dalam Al-Qur'an sendiri yang berkaitan dengan prinsip tauhid dapat ditemukan dalam surat An-Nisa ayat 48, Ali imron ayat 64 dan surat Al-Ikhlas.

b. Prinsip Musyawarah

Musyawarah merupakan suatu bentuk usaha yang dilakukan oleh seorang pemimpin untuk mencapai keputusan bersama atas suatu permasalahan. Hal ini sebagaimana terdapat pada terjemahan surat Ali-Imran ayat 158:

"Bermusyawarahlah kamu (Muhammad) dengan mereka dalam urusan tertentu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, bertawakkalah kepada Allah Swt. Sesungguhnya Allah Swt mencintai orang- orang yang bertawakkal kepada-Nya".

c. Prinsip Kebebasan Berpikir

Pemimpin yang baik adalah mereka yang mampu memberikan ruang dan mengundang anggota kelompok untuk mampu mengemukakan kritiknya secara konstruktif. Mereka diberikan kebebasan untuk mengeluarkan pendapat atau keberatan mereka dengan bebas, serta harus dapat memberikan jawaban atas setiap usulan yang mereka ajukan.

d. Prinsip Adil

Pemimpin sepatutnya mampu memperlakukan semua orang secara adil, tidak berat sebelah dan tidak memihak.

Disebutkan dalam Al-Quran Surat An-Nisa ayat 135 yang artinya:

“Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu para penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah, walaupun terhadap dirimu sendiri atau terhadap kedua orang tua dan kaum kerabatmu. Jika dia (yang terdakwa) kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatan (untuk kebaikannya). Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutarbalikkan (kata-kata) atau enggan untuk menjadi saksi, maka ketahuilah bahwa Allah Maha teliti terhadap segala sesuatu yang kamu kerjakan.”


Kepemimpinan Islam Dalam Manajemen Perencanaan

Dalam Al-Qur’an telah disebutkan mengenai perencanaan, yaitu Al-Qur’an Surat al-Anfâl ayat 60: 

“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan).

Kata “siapkanlah” mempunyai makna bahwa hendaknya seorang pemimpin menyiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan organisasinya, dalam hal ini yang dimaksud adalah membuat perencanaan. Perencanaan mempunyai arti bahwa memikirkan serta menyusun apa saja yang akan dikerjakan berdasarkan apa yang dimiliki. Perencanaan merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk menentukan tujuan dari sebuah organisasi serta menentukan cara terbaik untuk mencapai tujuan tersebut. Untuk itu prinsip kepemimpinan musyawarah diperlukan dalam hal ini. Dimana pimpinan melibatkan setiap anggotanya untuk dapat menyampaikan gagasan atau ide ataupun pendapat, sehingga perencanaan yang disusun akan lebih mudah diimplementasikan karena setiap anggota mempunyai tanggung jawab atas hasil musyawarah.

 

Pengorganisasian

Pengorganisasian dilakukan untuk membagi suatu kegiatan besar menjadi kegiatan-kegiatan yang lebih kecil. Struktur organisasi yang merupakan Sunnatullah dan struktur yang berbeda-beda itu merupakan ujian dari Allah. Adanya struktur dan stratifikasi dalam islam dijelaskan seperti yang disebutkan dalam Al Qur’an QS. Al-An’am; 165:

Dan Dialah yang menjadikan kamu sebagai khalifah-khalifah di bumi dan Dia mengangkat (derajat) sebagian kamu di atas yang lain, untuk mengujimu atas (karunia) yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu sangat cepat memberi hukuman dan sungguh, Dia Maha Pengampun, Maha Penyayang.

Seorang muslim yang bertauhid ketika berorganisasi, ia selalu mendasarkan pada perintah Allah bahwa sesungguhnya kaum muslimin harus tetap bekerja sama sebagaimana dikemukakan dalam firman Allah. QS. Ali-Imran ayat 103:

Dan berpegangteguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara, sedangkan (ketika itu) kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah, Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk.

 

Pengarahan

Pengarahan adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan perencanaan manajerial dan usaha-usaha organisasi. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang dapat mengarahkan bawahannya pada kebaikan. Sesuai dengan firman Allah QS. An-Nahl: 125 yang memerintahkan agar manusia senantiasa saling mengingatkan agar berbuat kebaikan dan bekerja dengan benar.

 

Evaluasi

Pengevaluasian adalah proses pengawasan dan pengendalian performa perusahaan untuk memastikan bahwa jalannya perusahaan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Sebagaimana diriwayatkan dalam QS. Alam-Nasyrah: 6-8 yang memerintahkan agar senantiasa bersungguh-sungguh dalam bekerja dan berdo’a kepada Allah. Salah satu bentuk kesungguhan dalam bekerja pada seorang pemimpin adalah melakukan evaluasi terhadap segala sesuatu yang berkaitan dengan organisasinya, dengan tujuan mengetahui bagaimana hasil kerja yang kita peroleh.

Dari penjelasan-penjelasan di atas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa sudah ada ayat-ayat Al-Qur’an yang membahas mengenai bagaimana proses kepemimpinan yang semestinya dan juga membahas kemampuan manajerial yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Untuk itu kita sebagai seorang ummat muslim hendaknya selalu menjadikan Al-Qur’an dan As-sunnah sebagai landasan dalam menjalankan proses kepemimpinan.

 

Penulis: Dyah Sriwigati, S.Kp., Ns.

Advisor : Erna Rochmawati, S.Kp., Ns., MNSc., M. Med. Ed., Ph. D. 

Kedudukan Pemimpin Perempuan dalam Perspektif Islam (Kepemimpinan Banazir Bhutto)

 


Wanita Muslim Pertama yang Memimpin Negara (Perdana Menteri Pakistan Tahun 1988-1993)

Benazir Bhutto, lahir di Karachi pada tanggal 21 Juni 1953, merupakan anak pertama dari mantan Perdana Menteri Zulfikar Ali Bhutto. Benazir Bhutto perempuan yang telah dua kali terpilih menjadi Perdana Menteri merupakan seorang perempuan yang melalui strategi dan prestise mampu mengalahkan lawan politiknya yang otoriter. Hal ini yang menjadikan ia sebagai pelopor kepemimpinan perempuan pertama dalam Negara Islam.

Benazir Bhutto telah mengukir sejarah besar dalam kontribusi politik perempuan di dunia Islam. Semakin terbukanya kesempatan bagi Wanita Muslim dalam mengenyam Pendidikan lebih tinggu telah mendorong kaum Muslimah di seluruh dunia untuk semakin terlibat di bidang politik.

Bhutto dikenal antusias menghidupkan berbagai proyek ilmiah termasuk masalah penggunaan tenaga nuklir untuk energi. Masa kepemimpinannya telah berhasil meluncurkan, setidaknya, 5 program ruang angkasa nasional yang dimotori putra-putri terbaik Pakistan sendiri. Bahkan di era kedua masa pemerintahan Bhutto, Ketua Partai Rakyat Pakistan selama 25 tahun ini berhasil mempelopori era informasi dengan mewajibkan rakyatnya cakap mengoperasikan Komputer.


Karakteristik Kepemimpinan Benazir Bhutto

Beberapa hal yang dilakukan Benazir Bhutto saat menjadi Perdana Menteri, di antaranya:

1.      Menolak adanya literatur klasik yang dianggap sebagai kitab suci setelah Al-Qur’an dan hadis yang berisi adosentris dimana laki-laki menjadi ukuran segalanya (man is the measure of all things).

2.      Lebih menekankan pentingnya manifestasi dari substansi atau makna ketimbang aspek formalistik oleh kekuasaan otoriter yang membelenggu hak warga negara, terutama perempuan yang dianggap sebagai warga negara kelas dua. Sehingga melahirkan pemikiran kesetaraan gender pagi rakyat Pakistan yang telah lama tertindas oleh kesewenang-wenangan penguasa.

3.      Membentuk National Plan for Action (NPA) merupakan kebijakan Nasional untuk pengembangan dan pemberdayaan perempuan.

Kepemimpinan Benazir Bhutto membuahkan hasil yaitu demokrasi sebagai Pilar dalam menjalankan roda pemerintahan. Benazir Bhutto berhasil melunturkan budaya patriarki di tengah-tengah masyarakatnya. Melalui pendekatan women empowerment akan melihat bagaimana proses Benazir dalam meningkatkan kesadaran perempuan-perempuan di Pakistan agar bisa menyuarakan hak-haknya yang selama ini tidak terdengar di pemerintahan sebelumnya.

Berdasarkan latar belakang pendidikan dan masa lalunya membentuk Benazir dalam pembuatan kebijakannya. Sehingga di dalam kepemimpinannya, Benazir ingin mencapai nilai demokrasi di Pakistan dengan berusaha meningkatkan angka partisipasi perempuan di dalam perpolitikan Pakistan. Namun sebelum mencapai nilai demokrasi tersebut, Benazir berusaha menghapuskan angka diskriminasi terhadap perempuan dan juga memperbaiki sistem pendidikan di Pakistan.


Kepemimpinan Perempuan dalam Perspektif Islam

Islam adalah agama yang bersifat universal, mampu mengatur berbagai dimensi kehidupan anak manusia untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat, termasuk mengatur masalah kepemimpinan dalam mengkhalifahi bumi ini.

Ilmu kepemimpinan secara ilmiah kian berkembang, bersamaan dengan pertumbuhan Scientific Management (manajemen ilmiah). Kepemimpinan tidak lagi didasarkan pada bakat, pengalaman dan laki-laki saja, tetapi juga pada kemampuan dan kesiapan perencanaan, analisis, pengembangan secara sistematis untuk membangkitkan sifat-sifat pemimpin yang sesuai dengan tuntutan syari’at, agar mereka berhasil dalam tugas-tugasnya.

Kedudukan pimpinan perempuan dalam Islam merupakan sesuatu yang unik dan urgen dibicarakan, bahkan selalu menjadi perdebatan yang tak kunjung usai. Hal ini disebabkan karena kepemimpinan merupakan akad timbal balik antara pimpinan dan rakyat yang tugasnya cukup komplek, sebagai pelayan ummat yang harus mampu mewujudkan rasa keadilan, menciptakan rasa aman, menjaga disintegrasi sampai pada kemampuan mendaptakan Negara Baldatun Thaiyibatun Warabbun Ghafur “Negeri yang baik dengan Rabb (Tuhan) yang Maha Pengampun”.

Sebagai manusia ciptaan Allah SWT, perempuan juga berhak untuk memimpin, dalam lembaran sejarah Islam, Istri Rasulullah SAW, Aisyah R.A. juga pernah berperan dalam kancah kepemimpinan bahkan dalam peperangan. Perempuan juga diciptakan untuk menjadi Khalifah di muka bumi sebagaimana diberikan kepada laki-laki, namun dengan satu konsekuensi yaitu mampu mempertanggungjawabkan segala bentuk kegiatan yang dipimpinnya kepada Alah SWT.

Karakteristik Kepemimpinan Kasman Singodimedjo dalam Islam


Salah satu Tokoh Pemimpin Islam yang dapat kita lihat dari karakteristik kepemimpinan dalam Islam yaitu Kasman Singodimedjo lahir di Purworejo, Jawa Tengah, pada tanggal 25 Februari 1904, telah aktif dalam organisasi Muhammadiyah sejak masa mudanya, merupakan pemersatu bangsa, yang mempunyai sifat Patriotisme, dan rasa Nasionalisme, beliau hadir sebagai pemersatu antara golongan Islam dan Nasionalis, Kasman Singodimedjo dipercaya oleh Soekarno dan Hatta untuk meluluhkan hati Ki Bagus Hadikusumo supaya menerima usulan penghapusan tujuh kata terkait syariat Islam, telah berani mengambil resiko saat itu menjelang proklamasi kemerdekaan. 

Seusai pertemuan, Daidancho Jakarta mengadakan rapat gelap bersama 20 Daidancho lainnya di sebelah utara hotel KOOA, tempat mereka menginap. Sebagai Daidancho paling senior, beliau meminta mereka untuk mengabaikan perintah pelucutan senjata tersebut. Namun, tidak semua setuju usulan Kasman Singodimedjo. Mendengar itu, lalu beliau mengeluarkan sikap tegas, Kasman Singodimedjo adalah tokoh Muhammadiyah yang menjadi pionir banyak lembaga baru republik ini saat baru berdiri. Beliau adalah ketua KNIP, jaksa agung kedua yang mempelopori pembenahan organisasi kejaksaan agung, pemimpin badan keamanan rakyat, dan selanjutnya mempelopori pembentukan Tentara Keamanan Rakyat sebagai cikal-bakal TNI. Kasman Singodimedjo merupakan orang yang kritis, tidak hanya pada masa Soekarno tapi juga masa Soeharto, sebagai salah satu founding father bangsa ini, ia sangat terpanggil untuk meluruskannya, siapa pun pemimpinnya.

Karakteristik Kepemimpin Kasman Singodimedjo

Kasman merupakan tokoh Muhammadiyah yang mampu memposisikan politik dan agama dengan proporsi yang ideal. Pada kepemimpinan Kasman bangsa Indonesia bisa bersatu dengan membuktikan bahwa umat Islam itulah yang justru berjasa besar dalam mempersatukan bangsa. Kepemimpinan Kasman menumbuhkan rasa simpati terhadap agama Islam dan toleransi pada pemeluk agama lain. Latar belakang pendidikan dan kepribadian Kasman telah menjadikan beliau seorang yang selalu membela kepentingan rakyat kecil dan telah memberikan manfaat besar bagi dunia pendidikan di Indonesia.

Kepimpinan kasman banyak memberikan manfaat dan contoh nyata untuk Indonesia di era modern seperti sekarang yang bisa diteladani, banyak memberi hikmah dan manfaat kepada bangsa Indonesia pada Era Modern. Kepimpinan kasman, mengajarkan kita sebagai muslim untuk menghadapi kesulitan-kesulitan yang ada dengan menggunkan taktik dan strategi dalam menjalankan kepimpinan di era modern sekarang. Pemikiran Kasman Singodimedjo, sumber kedaulatan tertinggi dalam ajaran Islam adalah Allah SWT (teokrasi), gaya kepemimpinan kasman yaitu spiritual, pemimpin memegang sikap untuk mengutamakan kepentingan maupun kebaikan orang lain atau masyarakat terhadap suatu organisasi.

Karakteristik Kepemimpin Dalam Islam

Pada prinsipnya menurut Islam setiap orang adalah pemimpin. Ini sejalan dengan fungsi dan peran manusia di muka bumi sebagai khalifahtullah, yang diberi tugas untuk senantiasa mengabdi dan beribadah kepada-Nya seperti yang tercantum dalam Q.S Al-Baqarah : 30.

Kepemimpinan dalam Islam adalah suatu hal yang inheren, serta merupakan salah satu sub sistem dalam sistem Islam yang mencakup pengaturan seluruh aspek kehidupan secara prinsip. Islam mengatur niat amal-tujuan sekaligus sumber kehidupan, otak manusia, kemudian mengatur proses hidup, perilaku, dan tujuan hidup. Dalam Islam seorang pemimpin dan yang dipimpin harus mempunyai keberanian untuk menegakkan kebenaran yang dilaksanakan melalui prinsip kepemimpinan, yaiutu melaksanakan kewajiban kepemimpinan dengan penuh tanggung jawab seorang pemimpin dan melaksanakan hak berpartisipasi bagi yang dipimpin (Feisal, 1995).

Konsep kepemimpinan dalam islam merupakan Sunnatullah / ketetapan Allah SWT, yang telah menjadikan manusia sebagai pemimpin. Kepemimpinan telah terlebih dahulu diperkenalkan dalam islam jauh sebelum para ahli mengemukakannya. Kepemimpinan dalam Islam adalah kepemimpinan yang didasarkan atas metode kenabian dalam rangka menciptakan kultur masyarakat madani memperoleh Ridha Illahi. Kepemimpinan itu wajib ada, baik secara syar‟i ataupun secara aqli. Adapun secara syar‟i misalnya tersirat dari firman Allah tentang doa orang-orang yang selamat pada surah Al-Furqan : 74.

Dari kepemimpian Kasma Singodimedjo gaya kepemimpinan yang bisa kita contoh dan bisa diaplikasikan sebagai seorang pemimpin adalah gaya kepemimpinan spiritual, yaitu kepemimpinan yang mampu memberikan dukungan dan pengaruh dan mengerakan melalui teladan dalam keagamaan yang taat dan menjunjung tinggi ajaran agama yang dianut, dan diterapkan. Salah satu teori kepemimpinan spiritual yang telah berkembang saat ini adalah spitual leadership theory di mana model kepemimpinan menggunkan motivasi dengan visi, harapan, nilai altruism dan kesejahteraan spiritual.

Sebuah Hantu Bernama 'Narsisme'

 

Manusia...

Tinggikanlah ia, maka ia akan makin rendah, rendahkanlah ia, maka ia akan makin tinggi bagaikan menara.

Manusia...

Ia ingin tinggi, tapi justru ia malah meninggikan dirinya... Sebuah paradoksal... Makin manusia meninggikan dirinya, justru makin rendah ia....

Bernarsis-narsislah engkau...

Hai manusia modern, apakah kau sadar, telah seberapa jauh kau terserap abbys kenistaan?

Manusia Modern, terjebak dalam chamber kesepian dan kepalsuan...

Manusia Modern, terpisah dari satu hal, yakni dirinya...

Begitulah, masyarakat lucu yang kita beri label "masyarakat berkemajuan".

Hai! Apa yang modern dan berkemajuan dari jiwa dan jati diri yang palsu?

Hai! Apa yang modern dan berkemajuan dari kepalsuan sosial dan fashionita.

Hai Manusia Modern, hai Konsumen Sampah! Tak sadarkah engkau, betapa lucunya engkau?

Kau tenggelam dalam lembah kehinaan, meninggalkan apa yang baik bagi dirimu, mengambil jalan mundur dari apa yang semestinya kau majukan.

Manusia Modern, terjebak dalam maskulinitas palsu, terjebak dalam cinta-cinta pseudonistik.

Duh, duh, duh. Betapa sudah membosankannya mengejar kebaikan itu!?

Memang, yang membosankan seringkali yang terbaik, yang menyenangkan seringkali yang menghancurkan.

Kalau Miskin itu Privilige, Takkan Ada Lagi Orang Miskin di Dunia

 


Kemarin ada influencer yang membuat branding tentang kemiskinan sebagai sebuah Privilege. Ada banyak pro kontra dari pernyataan influencer tersebut, tapi memang lebih banyak kontranya dari pada yang pro. Hal yang jadi masalah juga adalah, alasan netizen ingin kontra dengan argumen influencer tersebut hanya karena yang berbicara itu telah menipu banyak orang terkait trading ilegalnya. Seharusnya kita bisa menahan diri dan memisahkan sebuah argumen dengan seseorang yang berbicara di belakangnya, karena itu adalah dua hal yang berbeda, kita harus menyerang argumennya, bukan orangnya ketika dalam konteks pengajuan opini dari seorang Individu.

Tentang miskin itu Privilege, sebenarnya ada masalah di sana tentang apa saja yang bisa kita sebut hak-hak istimewa (Privilege). Kita masuk ke dalam pembahasan yang relatif di sini, karena ada banyaknya sekat-sekat di antara kita sebagai kelompok yang berbeda, dan tentunya masing-masing kelompok memiliki hak istimewa yang berbeda-berbeda juga. Contohnya sebagai seorang artis, orang-orang tersebut pastinya memiliki privilege-nya tersendiri, misalnya jadi kaya raya dan hidup mapan, seorang artis juga dapat dikenal banyak orang, tapi ada juga harga yang harus dibayar dari seorang artis, misalnya seperti kehilangan privasi. Begitu juga dengan sebaliknya, untuk orang-orang yang tidak terkenal atau orang biasa, bisa saja dia punya privilege karena privasinya terjaga, tapi ia tidak punya privilege seperti banyak artis yang kaya raya dan terkenal. Jelasnya, perihal mendefinisikan apa yang bisa disebut privilege dan tidak ialah hal yang relatif, ada hal-hal yang bagi kita keuntungan, dan bagi orang lain merupakan kerugian.

Dari sinilah argumen influencer tersebut mengambil celah sebagai pernyataan yang seolah-olah sudah pasti benar dan absolut, karena dia mengklaim terlahir miskin itu privilege. Lalu pertanyaannya adalah, di mana memang letak privilege-nya dari kehidupan yang miskin? Padahal miskin itu kan susah dan menyedihkan. Memang jika merujuk dari penjelasan sebelumnya, dalam setiap hal pasti ada privilege-nya, begitu juga dengan kemiskinan. Kemiskinan bisa menjadi sebuah privilege bagi seseorang sebagai pelecut untuk terus berjuang, karena orang yang terlahir kaya itu tidak punya kondisi yang sama seperti orang yang terlahir miskin. Orang yang sudah kaya, kebanyakan tidak paham apa itu berjuang sekuat tenaga, sedangkan orang miskin paham tentang rasa berjuang itu. Nah, keinginan untuk terus berjuang tersebut sebagai seorang manusia tentunya menjadi hal positif dan hal tersebut banyak didapati dalam kondisi kemiskinan daripada kondisi kekayaan. Maka tentang rasa berjuang yang tak habis-habis, kondisi kemiskinan memang menang terhadap kondisi yang mapan.

Lagi-lagi hal yang jadi masalah adalah, keinginan untuk terus kerja keras itu tidak selalu memberikan kita kekayaan. Lihatlah para petani di sawah, pekerja bangunan di gedung-gedung mewah, mereka adalah orang-orang yang paling gigih kerjanya, paling semangat kerjanya, paling ingin cepat selesai kerjanya. Lantas, apakah itu cukup untuk membuat mereka kaya? Kan tidak juga, karena untuk kaya bukan tentang siapa yang paling keras kerjanya, tapi siapa yang paling cerdik kerjanya, dan tentunya, apakah cerdik juga menjadi sebuah hak istimewa dari menjadi miskin? Tidak juga kan, mereka saja pendidikan formal sebagai akses pekerjaan layak juga banyak yang tidak tamat.

Kecerdikan itu ada banyak indikatornya, seperti relasi bisnis, pengetahuan umum tentang dunia, kecerdasan emosional, dan banyak lainnya. Semua itu tidak bisa didapatkan hanya dengan menjadi miskin. Hal-hal tersebut didapatkan oleh orang-orang yang sudah terlahir kaya.

Privilege itu memang ada pada semua tempat, tapi bukan berarti kualitas privilege-nya sama semua. Buat apa kita hanya dapat privilege semangat bekerja, tapi tidak dapat privilege cerdik bekerja. Sedangkan untuk orang-orang kaya, buat apa perlu semangat bekerja, kalau cerdik bekerja saja sudah dapat menyelesaikan semua urusan.

Itulah kenapa masih banyak orang miskin di dunia ini, padahal ada privilege di dalam kemiskinan. Influencer tersebut tidak salah dalam menjelaskan bahwa terlahir miskin itu ada privilege-nya, tapi yang salah dari dia adalah, dia tidak menjelaskan bahwa privilege orang-orang yang terlahir kaya atau berkecukupan itu akan lebih menang jika diadu dengan privilege-nya orang miskin. Maka dari situ, masalah tentang kaya dan miskin adalah hal yang rumit, ia tidak mudah untuk dijelaskan, karena ada banyak hal-hal yang kita tidak sadari ketika menganalisis sesuatu, karena kita tidak cukup tanggap dalam melihat masalah yang sebenarnya.

Untuk influencer tersebut, kita janganlah terlalu menghina pribadinya, atau mengungkit-ungkit masalahnya ketika kita sedang membahas argumennya, karena kita harus adil dalam menanggapi opini, dan kita juga harus tetap dalam batasan-batasan yang seharusnya, untuk masalah moral. Biarlah pihak berwajib yang mengurusinya, kita tidak punya kewenangan di sana.

Yakin Sudah Bermoral?

 


 “Halo, Dek. Sudah siap berangkat?”

“Udah siap dong, ayo keburu telat masuknya,” ucap Sophia

“Oke, aku kesana sekarang,” ucap Iwan sambil menaiki motornya.

Mentari menampakkan dirinya, menggantikan posisi bulan yang sinarnya sama-sama menerangi dunia. Burung-burung sudah memulai pekerjaan. Ayam pun sudah mengeluarkan nyanyian merdunya. Hari ini, Sophia berangkat ke kampus ditemani pacarnya.

Seperti biasa, ketika pembelajaran sudah dimulai 30 menit, semua mahasiswa merasa bosan karena penjelasan dosen yang sangat garing. Penggunaan metode ceramah yang sangat tidak menarik cukup sukses menghipnotis mahasiswa agar mudah tidur nyenyak di kelas. Demi menghindari kontra dengan dosen, Sophia hanya diam karena takut nilai yang diberikan dosen menjadi jelek.

“Baik saya rasa cukup penjelasan pada kali ini, silakan kalian membuat kelompok dan buatlah suatu proker yang menurut anda bermoral bagi orang sekitar,” ucap dosen tua dengan rasa jengkelnya.

“Baik pak,” ucap mahasiswa serentak.

Begitu dosennya keluar dari ruangan, hipnotis yang ada di dalam kelas langsung hilang. Semua mahasiswa seketika kehilangan rasa mengantuknya. Tanpa basa-basi komting pun membagi kelompok untuk pembuatan proker. Namun, Iwan, salah satu mahasiswa yang menolak mentah-mentah pembagian kelompok yang dibagikan oleh komting.

“Loh kok gini pembagiannya, pokoknya aku nggak mau kalo tidak sekelompok sama Sophia,” ucap Iwan dengan nada marah.

Haduhhh bucin akut, nggak mau dipisahin sama pacarnya tuh. Udahlah, tuker aja, Ab, biar urusannya tidak panjang,” ucap Sarah dengan tatapan sinisnya.

Abni pun mengubah tatanan kelompok, dimana Iwan dan Sophia menjadi sekelompok. Setelah pemilihan kelompok, Iwan mengajak Zaka, Lia, Sophia ke taman supra untuk mendiskusikan proker yang akan dijalaninya. Keempat mahasiswa tersebut dapat dikatakan pintar di dalam kelasnya. Hanya menghabiskan waktu 30 menit, Iwan dan temannya sudah memiliki ide untuk prokernya.

“Yaudah, fix ya kita buat program ini?” ucap Sophia dengan senyum manis di wajahnya.

“Kalo aku setuju sih, soalnya di daerah kampus kita belum ada program seperti ini,” ucap Zaka sambil asyik bermesraan dengan Lia.

“Oke lah berarti besok kita kumpul jam 8 pagi di pombensin dekat kampus ya,” kata Iwan sambil tergesa-gesa memakai jaket meninggalkan Zaka dan Lia berdua di taman Supra.

Keesokan harinya, awan hitam menyelimuti langit. Matahari tidak diperkenankan tampil untuk mengunjukkan diri. Seketika awan mengisyaratkan peperangan dengan bumi melalui petir dan air yang dijatuhkan dari atas langit. Proker pun masih tetap berjalan di tengah hujan yang lebat. Mereka rela menutupi kardus yang bertuliskan “Galang Dana untuk Korban Gempa Bumi di X” dengan payung yang kecil.

Namun tidak disangka bahwa ada seorang anak kecil berdiri di sudut jalan sambil melihat aksi galang dana yang dilakukan oleh Iwan dan temannya. Hanya Iwan dan Sophia yang menyadari hal tersebut. Dia berlari meninggalkan tempatnya setelah melakukan kontak mata dengan Iwan dan Sophia.

Jam sudah menunjukkan pukul 12 siang, Iwan dan Sophia meneduh duluan dan meninggalkan Zaka dan Lia. Iwan kemudian melepaskan jaketnya dan memasukkannya ke dalam jok motor.

“Kenapa tidak dipakai jaketnya? Padahal kamu kan lagi sakit,” ucap Sophia dengan perhatiannya.

Seketika Iwan diam dan menatap mata Sophia dengan dalam-dalam.

“Heh malah ngelamun!!” sontak Sophia dengan menepuk pundak Iwan.

“Tahu gak, padahal aku jago renang, tapi saat melihat kedua matamu aku terasa tenggelam,” ucap Iwan dengan seyum yang lebar.

“Gombal terussss, eh tapi kamu tahu gak Wan, tadi malam aku tiba-tiba memikirkan arti moralitas tentang tugas dosen yang diberikan ke kita,” ucap Sophia.

“Cakep... kita sepemikiran. Aku punya opini yang mungkin masih relatif tidak difikirkan oleh banyak orang tentang arti memaknai kata moralitas,” ucap Iwan dengan serius.

“Apa tuh apa?” Sophia tertarik dan menghadapkan badannya ke Iwan.

“Ternyata moralitas itu hanya soal egoisme manusia demi kepentingan atau kelompoknya sendiri. tapi yasudahlah nanti kamu bakal paham sendiri apa maksudku,” kata Iwan dengan sedikit gugup ketika Sophia, orang yang dicintainya menghadap ke dirinya.

Iwan pun meninggalkan Sophia untuk melakukan shalat di masjid yang berada di seberang jalan. Sophia terlihat masih berfikir keras dan ingin memahami arti kata yang dilontarkan Iwan.

Hingga malam tiba, Sophia mandi dan masih memikirkan arti kata yang dilontarkan Iwan siang tadi. Tiba-tiba Sophia teringat satu kejadian saat aksi galang dana siang tadi.

“Mungkin apa ada hubungannya dengan anak kecil yang menatap kita saat galang dana ya. Anak kecil tersebut sepertinya seorang anak yatim piatu yang ditinggalkan saudaranya. Kita mungkin merasa salah tempat karena telah merebut rezeki orang lain. Ah tapi kan ini juga buat kepentingan masyarakat yang terkena bencana,” gumam Sophia sambil mengeramasi rambut hitam panjangnya dan mengakhiri mandinya.

Sebelum tidur, Shopia terlelap dalam pikirannya sendiri dan berfikir bahwa dengan mengambil sumber penghasilan pengamen anak tadi, dia merasa bahwa kelompok dia tidak mencerminkan sikap moral yang baik. Namun hal ini tidak terfikirkan ketika sedang melakukan galang dana. Mereka hanya berfikir bahwa menolong orang dengan kuantitas yang banyak menjadikan orang lain berfikir bahwa itu adalah kegiatan yang bermoral. Di sisi lain, mereka tidak sadar bahwa mereka telah mencuri penghasilan pengamen kecil yang menggantungkan hidupnya di jalanan.

 

 

Salahkah Kita Saling Mencinta?

 


           

Di pagi yang cerah aku bergegas menuju sekolah yang terletak tidak jauh dari rumah. Baru saja sampai di pertigaan yang tak jauh dari rumah, aku melihat seorang siswi yang anggun berjalan sendirian di belakang beberapa siswi lainnya yang berjalan secara berkelompok.

Aku melangkahkan kakiku lebih cepat untuk menghampiri gadis anggun itu. Setelah berada tidak jauh darinya, aku memberanikan diri untuk menyapa.

"Hai… sapaku.

“Halo...” Ia menjawab seraya melempar senyum ramah padaku.

Senyumnya membuatku sedikit kikuk. “Sepertinya aku baru pertama kali melihatmu? Kamu sekolah dimana?”

“SMK Merdeka Mandiri”

“Loh kita satu sekolah! Apa kamu siswa baru?" Kini aku berjalan sejajar dengannya.

"Ya, aku siswa baru di sekolah ini, aku pindahan dari luar kota."

“Aku Fino, kelas XII, jurusan Otomotif. Boleh tau namamu?" Dengan polosnya aku  bertanya.

"Boleh, aku Putu Ayu Sekartini, jurusan Administrasi Perkantoran."

"Wah, sungguh cantik namamu, seperti bunga Dahlia…"

Ia tak menjawab, hanya tersipu malu, terbukti dengan pipinya yang memerah.

Tidak berselang lama, kami pun sampai di depan gerbang sekolah. Bel masuk berbunyi dan kami bergegas untuk mengikuti apel pagi. Setelah melaksankan apel pagi kami, masuk ke kelas masing-masing. Kelas kami berbeda, dia berada di lantai satu sedangkan aku berada di lantai dua. Waktu berjalan dengan cepat mulai dari awal jam pelajaran hingga sampai akhir, aku mengikutinya dengan bersemangat. Akhirnya bel pertanda pulang pun berbunyi, waktu pulang sekolah aku menghampirinya dan bertanya.

 "Pulang sama siapa?

“Sendiri”

Sama aku aja, kebetulan rumah kita tidak cukup dekat."

“Baiklah, terima kasih mau menemaniku,” jawab Ayu sembari berjalan mengimbangi langkahku yang cukup cepat. Di perjalanan kami berdua mengobrol dengan asyiknya, hingga bertukar nomor HP.

Setalah tiga bulan kami saling mengenal satu sama lain hingga begitu akrab. Suatu ketika, aku mengajaknya untuk singgah di sebuah kafe. Hari itu kami libur sekolah, karena tanggal merah. Kulihat ia memakai kemeja dan jilbab coklat, bercelana jeans dengan sepatu berwarna putih. Aku pun tidak kalah dalam hal penampilan, kukenakan kemeja abu-abu dengan celana yang warnanya hampir mirip, rambutku cukup panjang namun rapi, ditambah sepatu hitam mengkilap yang baru saja kucuci kemarin. Pembicaraan terjadi dengan begitu santai dan mengalir, sampai akhirnya aku bertanya.

“Apa kamu sudah punya pacar, Yu?”

Dia hanya terdiam, melihat wajahku sekilas, lalu membuang muka.

Maaf bila pertanyaanku lancing.”

“Pertanyaan dengan maksud apa nih?Kini ia melempar senyum ke arahku.

Aku hanya bertanya kok." Senyumnya membuatku canggung.

“Sebenarnya, aku belum punya pacar. Apalagi pasangan yang mau nerima aku," ujarnya  dengan senyum yang kini tersipu malu.

Mmm…. Sejujurnya aku suka kamu, apakah kamu mau jadi pacarku?” tanyaku dengan sedikit ragu.

Dia hanya diam saja tanpa menjawab pertanyaanku.

“Kenapa diam saja, Yu?” Aku bertanya kembali dengan keadaan hati yang panik.

“Aku nggak bisa, Fin!” Tiba-tiba ia menjawab dengan nada yang cukup tinggi.

“Maksdunya nggak bisa gimana, Yu?” Aku bingung dengan jawabannya.

Maaf, aku nggak bisa... Pacaran itu haram, kita beda prinsip soal ini” jawabnya kembali.

Suasana sore itu pun terasa begitu canggung hingga sampai di pengujung  waktu makan, kami tidak saling bicara satu sama lain. Seusai makan Ayu langsung pamit untuk pulang mendahuluiku. Aku tidak sempat mengiyakan atau melarang, karena ia pergi begitu saja.

“Apakah aku salah?” batinku.

Beberapa hari telah berlalu, kejadian hari itu benar-benar telah memberikan pengaruh yang begitu besar bagi kami berdua. Aku sudah tidak saling berkomunkasi dengannya baik lewat chat  atau pun berbicara langsung, bahkan saat betemu pun kami tidak saling bertegur sapa. Hal ini terus berlanjut hingga akhir semester ganjil selesai. Lalu di suatu hari aku memberanikan diri untuk menghubunginya lewat Whats App.

Yu, gimana kabarmu?

Baik kok.

Jawabannya terasa sangat ketus.

Syukur kalo baik.

Aku tidak berani bicara lebih banyak, biarlah semua berjalan sesuai apa yang telah digariskan, kalaupun ia harus menjauh, menjauhlah. Setidaknya aku sudah mengungkapkan perasaanku, meski jawabannya tidak seperti yang aku harapkan. Apakah cita harus selalu memiliki?

            Sebenarnya ada kalimat yang masih mengganjal. Perihal pacaran, ia berpendapat bahwa itu sebuah hal yang haram, mungkin itu alasan mengapa ia langsung pamit untuk undur diri saat itu. Aku sendiri tidak terlalu mengerti terkait hukum pacaran, tapi lagi-lagi aku mencoba untuk tidak peduli dengan apa yang telah terjadi.

            Suatu ketika, saat istirahat sekolah, aku memberanikan diri untuk menemuinya untuk mengkapkan sesuatu. Ia sedang sendirian di sudut kelasnya, kebetulan hanya ada beberapa siswa di kelas itu.

            “Yu, kenapa kamu akhir-akhir ini menjauh dariku?”

            Ayu kaget saat aku tiba-tiba bicara tanpa menyapa terlebih dahulu. Ia memilih untuk membuang muka.

            “Ikut aku sebentar, ke belakang sekolah.”

            Aku berjalan ke arah belakang sekolah, sembari berharap ia mengikutiku. Sekitar lima menit aku menunggu, hidungnya belum juga tampak. Akhirnya aku memutuskan untuk kembali ke kelas, akan tetapi sebelum aku melangkah, ternyata ia dating menghampiriku.

“Ada apa, Fin? Mau ngomongin apa?”  

Kini aku yang terdiam, pasalnya aku tidak mempersiapkan apa pun untuk dibicarakan.

“Sebelumnya aku minta maaf, Fin. Kalau memang sikapku berubah, itu karena aku tidak ingin kita pacaran. Perihal perasaan, sejujurnya aku juga merasakan hal yang sama denganmu.”

Bagai tersambar petir di siang bolong, aku mendengar kalimat itu. Kukira ia membenciku setelah dengan lancangnya aku mengajaknya pacaran. “Lantas, mengapa kamu menghindar?”

“Kamu tahu sendiri, perihal prinsipku soal pacaran. Pacaran itu haram, apa pun kegiatannya,” Ia menjawab dengan nada putus asa.

“Apakah pacaran menurutmu selalu dipenuhi dengan nafsu? Apa bedanya kita yang saling mencintai, lalu sering bertemu namun tidak pacaran, dengan apabila kita pacaran? Kan sama-sama sering bertemu, toh kalau kita bertemu juga tidak melakukan hal yang aneh-aneh?”

Ia memilih bungkam, mungkin sibuk mencari tahu kebenaran jawaban dari pertanyaaku.

“Baiklah, tak apa kalau kita tidak pacaran, tapi apakah salah bila kita saling mencintai?”

Suasana semakin hening, sunyi. bungkam.


My Heart Remembers You

   


Pukul satu selepas perkuliahan, panas matahari menyengat menusuk ke pori-pori tubuh. Kususuri trotoar yang terselimuti debu kendaraan, kumpulan debu tersebut beterbangan ke sana-sini. Hari yang sangat melelahkan bagiku yang tengah bingung dengan pikiran sendiri. Pikiran tanpa adanya jalan keluar, merasa akhir dari sebuah rasa, mamatikan hati untuk percaya dengan cinta. Di sisi lain tubuhku juga menginginkan rasanya dicintai dan diberikan perhatian oleh seorang pujaan hati. Akan tetapi ahhh sudahlah itu hanya sebuah nafsu belaka bukan? Pasti berujung sakit hati yang kesekian kalinya. Tak terasa dengan lamunan, kakiku telah menginjak lantai kamar kosku. Kubuka pintu kos yang mengeluarkan bunyi ngik, mungkin karena termakan usia atau sudah berkarat engselnya, tapi aku tidak pedulikan itu. Aku lempar semua barang yang memberatkanku sejak pagi, aku hempaskan tubuhku di atas kasur yang biasa menemaniku dalam lamunan. Aku yang selalu memikirkan semua kerumitan ini seakan menjadi masalah terberat bagiku, bodoh bukan?

Merasa bosan dengan suasana kos dan cacing diperut seakan demo membuat perutku sakit lantaran belum makan siang, aku memutuskan untuk pergi ke warung makan terdekat.

"Hai! "

Seorang memanggilku dari arah belakang, sontak aku terkejut melihat keberadaannya. Sedikit ragu aku untuk menjawab sapaannya.

"Hai..."

"Lo Angel kelas 11 IPA 2 kan? "

"Iya, Kak. Kok Kakak tahu? "

"Ya tau lah, siapa sih yang nggak kenal Angelia Gercia sosok cewek yang dikejar-kejar  banyak cowok yang mengharapkan cinta dari lo! Bodoh mereka!"

Spontan aku terkejut akan perkataan dari mulut seseorang entah siapa namanya. Iya, aku Angelia Gercia salah satu cewek yang diidam-idamkan para cowok di sekolahku ini. Tetapi semua ungkapan perasaan dari mereka aku tolak.

"Hah! Aku juga nggak mengharapkan itu, asal Kakak tahu! "

Aku mengumpat dalam hati, dan merapalkan semua cacian buat seorang yang sok di depanku, tanpa mempedulikan dia, aku melenggang meninggalkan sosok yang tak tau diri itu. Tetapi tanganku tertarik oleh sosok tak tahu diri itu.

"Ehhhh maen pergi aja, habis sekolah gua tunggu di parkiran, pulang sama gua tanpa ada penolakan."

Aku hanya termenung, seakan waktu berhenti sekejap. Ketika sadar inginku menolak akan tetapi sosok tak tahu diri itu sudah hilang dari pelupuk mata. Hahhh

* * * * * * *

Cerita itu tak bisa kuhilangkan, memori pertama kali bertemu dengan dia selalu terlintas dalam lamunanku, seakan memori lama tidak mau melupakan kenangan itu. Dia sangat menyebalkan, entah mengapa aku bisa ada rasa dengan salah satu mahluk menyebalkan di muka bumi ini. Sebenarnya dia baik, hanya saja sikap sok dinginnya dan bossy menutupi kebaikannya, dia juga mempunyai pribadi yang berubah-ubah selayaknya wanita pms moody, aneh memang tetapi ini nyata. Ahhh sudahlah, itu hanya kenangan indah sekaligus perih di masa lalu, tak perlu aku terus bayangkan, toh tidak ada gunanya juga kan. Aku angkat tubuhku yang telah lama termenung dalam lamunan ketidakgunaan, menyusuri lorong kamar-kamar kos yang berjejeran untuk menuju kamar mandi tempat inspirasi sejuta umat, ha ha. Aku basuh muka yang teramat kusut, terasa kesedihan yang masih berlarut-larut. Dingin, air disini memang dingin, rasa sejuk menyegarkan otakku sejenak.

Terpaksa sepulang sekolah aku berjalan melenggak menuju parkiran sekolah, di sana sudah mahkluk tak tahu diri itu telah menengger di motonya bak seekor burung. Huhhh kesal rasanya tapi aku tak tahu harus berbuat apa.

"Woyyy ayok! Malah bengong"

Teriak orang itu tanpa dosa dari kejauhan, dengan spontan aku berlari kecil menuju orang tak tahu diri itu.

"Ini helmnya, pake! "

Bisa halus dikit ga sih ini orang, gerutukku dalam hati.

"Iya hm"

"Buruan naik"

"Hm"

"Kos lo dimana? "

"Jalan pasturi 1, kebon raya nomer 7."

Tak ada lagi obrolan selepas itu, hanya tatapan kosong melihat pemandangan alam sembari menikmati udara segar kota ini, matahari yang tersipu malu tertutupi oleh awan putih bagaikan sutra halus. Cuaca hari ini sangat bersahabat untuk beraktivitas di luar ruangan, tak terlalu panas untuk kita membeli seplastik es teh untuk melepas rasa kering ditenggorokan.

Ciiiiitttt!

"Udah sampe"

Terkejut aku karena ulah bodohnya yang memberhentikan motor seenak jidatnya, tanpa sadar aku telah berada di depan rumah kos terwemah dan nyaman menurutku sendiri. Aku lepas helm yang ternyata tidak bau penguk oleh keringat rambut, sembari itu kuangkat kakiku untuk turun dari motor. Aku berbalik dan memang aku sengaja tidak mengucapkan terimakasih, toh dia yang memaksaku untuk ikut pulang bersama secara paksa, ingat itu dengan paksaan.

" Eh manusia yang tidak punya sopan santun, bilang makasih napa! "

Hihhh seribu rapalan dalam hati sudah kusiapkan untuk mengerutuki anak yang tak tahu diri ini.

"Iya, makasih"

"Nahh, besok hari minggu ikut gua ke danau di atas, gamau tahu pokok bisa dan lu kosongkan semua jadwal! "

Bagai ultimatum yang tidak bisa aku bantah, entah mengapa mulut seakan tidak bisa menolak, serasa di hipnotis oleh orang yang tak tahu diri ini. Tanpa menunggu persetujuan dariku orang itu sudah meninggalkan rumahku sembari berteriak dalam kepulangannya.

"Jam 7 gua jemput!"

Kulangkahkan kakiku menuju dalam kos dengan pikiran yang tidak karuan, masih dalam kebingungan dan keanehan dengan diriku. Aku bertanya kepada diriku, ada apa denganku? Kenapa aku mengiyakan perintahnya? Apa aku dihipnotis? Ahhh semakin bingung saja aku untuk memikirkannya, aku tidak mau gila di usia muda cuma gara-gara sosok tidak tahu diri itu.

Akhir pekan yang aku nanti-nantikan telah tiba, selepas pusing dengan tugas sekolah yang begitu banyak dan ditambah sosok yang tidak tahu diri itu muncul entah dari mana mengusik kehidupanku yang sudah tenang bagai di surga. Ohhh shit, aku lupa besok aku sudah punya janji yang dibuat dengan cara sepihak oleh sosok tidak tahu diri itu, ah akhir pekan yang sangat tidak sesuai ekspresiku. Tapi sudahlah itung-itung sekalian pergi di akhir pekan tanpa mengeluarkan biaya, ha ha. Suara notifikasi handphone berbunyi, menandakan ada chat masuk, tetapi siapa yang chat di hari libur pagi seperti ini. Nomor tanpa nama tertera di kolom chat teratas, ahhh ternyata sosok tidak tahu diri itu beserta segala ultimatum yang dia berikan seenak jidat.

Jangan lupa besok, jangan ngebo!

Sudah cukup semua atas tindakan yang dibilang tak senonoh, bagaimana tidak? Dia merampas semua hak berbicaraku dan hak menolak ajakan orang lain.

hm

ga peduli, pokoknya harus ikhlas

iya ikhlas bnget

nahh sip

Sekarang kalian tahu kan, betapa kejamnya dia yang memaksakan semua atas kehendaknya. Tapi anehnya kenapa diriku bisa menurut dengan begitu saja, ada apa dengan diriku ini? Jurus apa yang dia berikan kepadaku, sehingga aku bisa takluk seperti ini

Keesokannya tergesa-gesa karena bangunku yang kesiangan, aku rampas handuk di gantungan baju belakang pintu dan meluncur menujuk kamar mandi dengan Terburu-buru, syukurnya aku tidak terpeleset oleh lantai kamar mandi yang licin ini. Aku kerahkan jurus kilatku untuk segera menyelesaikan ritual mandi yang tidak lebih dari 15 menit, waktu yang terbilang cepat untuk ukuran mandi perempuan, karena perempuan bisa menghabiskan waktu yang sangat lama untuk sekedar mandi. Hanya memerlukan waktu 30 menit aku sudah siap dengan segala hal, suatu rekor yang bombastis untuk aku yang selalu bingung ketika bepergian. Handphone-ku berbunyi, pasti sosok itu telah tiba, benar dugaan yang ada di hatiku.

gua udah di depan.

Buru-buru aku melangkah menuju pintu depan, mendapati sosok itu telah bertengger di atas motornya, seperti yang telah aku katakan bagai burung bertengger di atas ranting pepohonan. Melihat sosok itu seakan malas untuk menemuinya, inginku kembali ke sangkar tempat tidurku dan tenggelam di dalam selimut hangat.

"Wah, rapi sekali, emang mau kemana sih, Neng? Wkwk"

Sangat-sangat menyebalkan bukan.

"Ke laut, mau nenggelamin Iblis!"

Jawabku sarkas

"Hehe canda kali, Neng, udah ayo naik"

"Hm"

Aku naik dengan hati yang tidak karuan, tidak bisa kadeskripsikan, cukup aku yang tahu akan hal ini. Sikap dia yang berbeda sebelumnya membuat diriku tidak percaya, senyuman manis ketika menyapaku dan pembawaan yang lebih hangat dibanding sebelumnya. Aku tidak tahu kenapa bisa demikian, mungkin sekarang ini dia dalam keadaan perasaan yang baik tidak seperti kemarin.

Perjalanan yang cukup ditempuh dengan waktu 30 menit dan ditemani pemandangan alam yang sejuk, dikarenakan di sini dataran tinggi wajar jika udaranya segar dibanding perkotaan, sepanjang jalan disuguhkan oleh pepohonan yang rindang dengan sautan suara burung berkicau. Danau Priya yang terletak di atas perbukitan ini memiliki cerita yang dipercaya sejak dahulu oleh warga setempat, bagi mereka yang tidak berani mengungkapkan perasaan mereka, ketika berada di danau itu akan ada suatu keberanian untuk mengatakan perasaannya. Karena itulah danau tersebut dinamakan danau Priya yang berarti cinta atau dicintai.

"Ayok turun, Angelia Gercia"

Suara itu menyadarkanku dari lamunan panjang dalam perjalanan menuju danau, entah mengapa aku sangat suka sekali menglamun.

"Ehh iya, Kak."

"Nglamunin apa sih? Dari tadi nglamun terus, diajak ngobrol di motor juga nggak jawab hmm…"

"Hah, Kakak ngomong sama aku dari tadi? "

Terkejut aku, ternyata sejak perjalanan sosok tidak tahu diri ini membuka topik untuk ngobrol denganku.

"Iyaa, kamu diam aja, malah bengong"

"He he"

Cengirku tanpa dosa. Tanganku tiba-tiba digandeng olehnya, terkejut dan gugup dengan keadaan ini, kelembutan ketika dia memegang tanganku membuatku nyaman, sehingga aku menurut saja untuk dibawa kemana olehnya. Danau yang masih diselimuti embun pagi menambah suasana yang lebih sejuk dipandang, dikelilingi pepohonan yang rindang menjadikan pesona di danau ini sempurna. Dia membawaku di dermaga yang terbuat oleh kayu di pinggir danau, menuntunku untuk duduk sembari menikmati suasana di danau ini. Dia menatapku seakan ada sesuatu yang ingin dibicarakan, tetapi aku tidak tahu apa yang dia ingin bicarakan.

"Kamu tahu nama danau ini? "

Dia memulai mengajakku berbicara, dengan pembawaan yang lebih tenang dan halus, beda sekali seperti hari-hari kemaren, berbeda 360° dibanding sikap dia di sekolah.

"Danau Priya"

"Iya, kenapa danau ini dinamakan danau Priya? "

"Karena orang yang tidak berani mengungkapkan perasaannya kepada orang yang dicintai, ketika berada di danau ini akan ada keberanian untuk mengungkapkan, tapi entahlah itu sebuah mitos"

"Iya, semoga itu tidak mitos dan aku bisa melakukannya"

"Maksudnya?"

Hening, tidak ada jawaban dari dia. Sudahlah aku juga tidak ingin tahu masalah pribadinya, itu hak dia ketika tidak ingin mengatakan apa yang dia rasakan, tidak ada hak untuk aku yang bukan siapa-siapa untuk dirinya. Aku sibuk menikmati suasana di sini, tenggelam dalam suasana sembari memejamkan mata, susana tenang seakan hilang semua beban pikiran. Dalam kesibukanku tenggelam dalam suasana danau ini, ada suara lirih yang mengusik ketenanganku ketika menikmati suasana danau Priya. Ya, suara itu keluar dari mulut sosok tidak tahu diri itu.

"Aku, suka sama kamu, Angelia Gercia"

Suara lirih tetapi masih bisa aku dengar dengan jelas itu membuat aku terkejut dan kaget, kenapa bisa seseorang yang tiba-tiba muncul beberapa hari bisa menuai rasa begitu saja, apakah ini yang dimaksud cinta pada pandangan pertama? memang perasaan tidak bisa diukur dengan patokan waktu, tidak salah ketika ada seseorang jatuh cinta saat pandangan pertama, tetapi hal tersebut tidak bisa meyakinkan seseorang bahwasanya cinta dia bukan hanya sekedar omong kosong.

"Aku telah jatuh cinta, sejak aku tahu kamu di hari pertama orientasi sekolah. Rasa ini sudah aku simpan sejak lama, Angel, hampir 2 tahun aku menyembunyikan perasaan ini dan aku muncul secara tiba-tiba dalam kehidupanmu. Memang aneh, tetapi ini tulus dan aku tidak mengharapkan balasan dari kamu yang terpenting aku sudah berani mengatakan itu sudah cukup."

Aku termenung tidak bisa berkata apa-apa, pikiran yang tidak karuan, bingung, kaget dan semua hal yang membuatku berpikir keras untuk merangkai sebuah kata-kata. Tetapi tetap saja nihil, aku hanya diam seperti patung. Sampai dia memanggil namaku, lamunanku pecah.

"Angel"

"Pulang!"

"Hah? "

"Pulang, pulang sekarang! "

"Iya-iya kita pulang sekarang"

Bentakku dengan nada yang keras, memecahkan semua ketenangan yang diciptakan suasana danau ini. Entah mengapa aku merasa jengkel, seakan ada yang salah menurutku, tetapi aku tidak bisa menyalahkan perasaan dari seseorang. Karena perasaan  itu muncul secara alamiah, aku tidak bisa untuk mengontrol perasaan seseorang, siapa aku? Beraninya ingin mengatur hal tersebut. Bodoh. Perjalanan pulang hanya menyisakan lamunan dan hening di antara kita, sibuk dengan pikiran masing-masing, saling menyalahkan apa yang telah terjadi. Hahhh bodohnya aku kenapa aku seperti itu tadi, penyesalan yang datang diakhir menghantui diriku, rasa bersalah yang amat aku sesali dan semestinya tidak aku lakukan. Komplek rumahku sudah terlihat, menandakan tempat tujuan akan tiba. Ketika telah berada di depan rumah aku segera turun tanpa mengucapkan apakah apapun, tetapi dari belakang ada suara teriakan yang dilemparkan kepadaku.

"Angel! Aku minta maaf kalau perasaanku membuatmu nggak nyaman"

Aku tetap diam dan terus berjalan kedalam rumah, tanpa memperdulikan suara tersebut.

* * * * * * * * * * * * * * * *

Lama sekali aku termenung di depan kaca kamar mandi ini, menyusun dan mengingat memori-memori beberapa bulan lalu yang telah lama ingin aku hilangkan. Bongkahan memori itu yang selalu muncul di permukaan pikiranku seakan menuntut diriku atas kesalahanku di masa lalu, menciptakan penyesalan terhadap kesalahan tingkahku. Keberadaannya yang entah tidak aku ketahui semenjak kejadian itu, seakan dia menghilang tanpa jejak atau memang menghindari diriku untuk selamanya. Aku telah mencarinya kemana-mana tidak ada yang mengetahui keberadaannya, kebingungan dan penyesalan yang masih melekat pada diriku. Aku menginginkan dirinya dan aku ingin memutar kembali waktu ini, tindakan yang tanpa aku pikirkan membuatku selalu menyalahkan diri sendiri. Entah salahku di mana, tetapi aku merasa salah dan aku baru menyadari hal tersebut. Untuk kalian yang tahu keberadaan Brian Dirga, katakan kepadanya Angelia Gercia dulu nyaman ketika berada bersamanya walaupun itu hanya sebentar, tetapi hal tersebut tidak memungkiri bahwa menjadikan adanya cinta yang akan bersemi.