Pandemi covid 19 mengakibatkan pasien dengan PPOK banyak yang tidak berobat rutin ke rumah sakit. Latihan pernafasan dapat dijadikan alternatif terapi non farmakologi untuk mengurangi keluhan sesak nafas.PPOK..Sebuah istilah yang sering kali terdengar di lingkungan kita..
PPOK.. Penyakit yang sering kali terdengar di lingkungan kita..
Ya.. PPOK atau Penyakit Paru Obstruksi Kronis merupakan salah satu jenis penyakit pernafasan yang tidak menular. Organisasi nirlaba di bawah naungan WHO, Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD) pada tahun 2015 mendefinisikan sebagai penyakit paru yang disebabkan karena adanya hambatan pada jalan nafas sehingga mengakibatkan aliran udara terganggu. Data dari Kementrian Kesehatan tahun 2017 menyatakan bahwa PPOK merupakan penyebab kematian nomer empat setelah penyakit jantung, kanker, dan diabet (penyakit gula). Penyakit ini biasanya ditandai dengan adanya sesak nafas dengan adanya suara nafas khas yang biasanya disebut mengi atau bunyi “ngik..ngiik..”. Sesak nafas akan memberat seiring dengan adanya faktor pencetus seperti terpapar polusi udara, bertambahnya usia, dan kondisi cuaca juga sering berpengaruh terhadap kekambuhan.
Salah satu penyebab utama penyakit ini adalah riwayat merokok dan seringnya terpapar polusi udara seperti debu dan asap kendaraan bermotor. Meskipun PPOK tidak menular, namun angka kejadiannya cukup tinggi dan diperkirakan akan terus bertambah seiring dengan penerapan pola hidup yang tidak sehat.
Pengobatan dilakukan secara rutin untuk untuk mengurangi keluhan sesak nafas dan mencegah kekambuhan yang lebih parah. Pengobatan yang sering digunakan adalah penggunaan obat jenis inhaler yaitu sejenis obat yang digunakan dengan dihirup atau disemprotkan pada mulut pasien untuk melonggarkan jalan nafas. Pengobatan jenis ini didapatkan dengan periksa rutin ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya. Dengan adanya pandemi covid 19 yang melanda Indonesia sejak awal tahun 2020, banyak pasien yang kemudian tidak melakukan periksa rutin ke rumah sakit. Ketakutan terhadap wabah covid 19 dan dilakukannya kebijakan pembatasan kunjungan ke rumah sakit menjadi alasan utuk tidak berkunjung. Lalu, bagaimana pasien PPOK menjaga dirinya agar tidak kambuh??
Penelitian yang dilakukan pada trimester pertama tahun 2022 dengan melakukan wawancara kepada pasien usia pra lansia, keluarga pasien, dan perawat di salah satu rumah sakit di Daerah Istimewa Yogyakarta, menunjukkan bahwa hampir sebagian besar responden mengatakan merasa khawatir untuk melakukan kunjungan kontrol rutin ke rumah sakit, sehingga dengan terpaksa selama pandemi tidak melakukan pengobatan rutin. Kekhawatiran tersebut merupakan menjadi wajar karena adanya peningkatan kasus covid 19, yang diikuti dengan tingginya kasus kematian karena covid 19.
Banyak pasien PPOK yang kemudian tidak berobat rutin, hal mengakibatkan resiko kekambuhan PPOK meningkat. Sehingga banyak pasien dalam penelitian berupaya untuk mengurangi terjadinya kekambuhan yang berat, meskipun tidak kontrol ke rumah sakit. Dalam wawancaranya mengatakan bahwa untuk mengurangi kekambuhan yang berat, mereka melakukan beberapa terapi non farmakologi yang mudah dan dapat dilakukan di rumah.
Mengurangi aktivitas berat adalah upaya non farmakologi untuk mengurangi sesak nafas dan kekambuhan PPOK. Respoden penelitian juga mengatakan melakukan latihan pernafasan, olah raga ringan, dan meningkatkan asupan gizi sebagai upaya untuk mengurangi kekambuhan. Latihan pernafasan ini disebut sebagai Pursed Lips Breathing. Penelitian yang dilakukan Tarigan pada tahun 2019 menunjukkan bahwa dengan melakukan PLB secara benar dapat meningkatkan otot pernafasan sehingga sesak nafas berkurang.
Penggunaan teknik PLB dan terapi non farmakologi lainnya dapat mengurangi keluhan sesak nafas, namun perlu diketahui bahwa terapi non farmakologi bukan terapi utama dalam program terapi PPOK. Perlu adanya konsultasi dengan petugas medis baik dokter maupun perawat untuk mengetahui kemampuan dan kesesuaian memilih terapi non farmakologi. Mengunjungi fasilitas kesehatan untuk mendapatkan terapi farmakologi merupakan prioritas utama dalam pengobatan PPOK. Namun setidaknya, terapi non farmakologi dapat dilakukan sebagai terapi tambahan untuk mengurangi keparahan dan kekambuhan PPOK pada saat pandemi covid 19.
Referensi
Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD). (2015). Global Strategy for The Diagnosis, Management, And Prevention of Chronic Obstructive Pulmonary Disease
Kemenkes RI. 2018. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). Jakarta: Balitbang Kemenkes RI