Perihal Miskin-Kaya dan Bagaimana Sikap Negara

 


Sebutan atau istilah miskin dan kaya yang menjadi tolak ukur kemakmuran masyarakat di Indonesia sejauh ini lekat dengan ketimpangan, seakan percuma saat pemerintah dalam programnya berbicara tentang kesejahteraan, karena banyak fakta bicara bahwa itu tidak sesuai dengan kenyataan. Model pembangunan dan gagasan sebaik apapun perihal kesejahteraan rakyat dalam sistem perekonomian tidak akan terjadi jika kesenjangan antara yang miskin dan kaya terus-menerus terjadi disebabkan segala keserakahan penguasa atau segelintir orang yang punya modal masih tetap menumpukan harta di tangan sekelilingnya. Akibatnya adalah dimana sebagian besar masyarakat menjadi miskin dan jadi hamba atas eksploitasi kejam yang berkesinambungan.

Negara Indonesia yang dalam sistem perekomonian disebut “ekonomi pancasila”. Istilah ekonomi pancasila, dikenalkan oleh dua tokoh nasional bernama Emil Salim yang awal mengenalkan ekonomi pancasila, kisaran tahun 1965. Tokoh lainnya bernama Mubyarto, sejak  tahun 1980-an, beliau menegaskan bahwa ekonomi pancasila harus terkait langsung dengan ekonomi masyarakat kecil dan bertumpu pada moralitas sosial, egalitarianisme, nasionalisme ekonomi, koperasi dan keseimbangan antara perencanaan pusat dan daerah. Perbedaan antara dua versi menurut Elim Salim dan Mubyarto secara umum terletak pada dua pendekatan yang berbeda, yaitu antara pendekatan konseptual dan pendekatan politik.

Mengenai gagasan ekonomi pancasila secara konseptual yang kongkret dan identik dengan ke-Indonesiaan, di mana tujuannya adalah kemakmuran untuk masyarakat; keadilan pembangunan, kesetaraan sosial, dan politik kemanusiaan. Atas gagasan itu tentunya yang berkuasa (pemerintah) bertanggung jawab mewujudkannya, tidak hanya sebatas janji-janji dan sumpah pada kitab suci. Pokoknya pemerintah harus benar-benar peduli pada rakyat. Tapi yang terjadi adalah eksploitasi berkelanjutan yang dilakukan oleh kalangan pemangku kebijakan yang memiliki kepentingan pribadi maupun golongan. Katanya menolak sistem ekonomi kapitalisme, kenyataanya dalam pikiran dan tindakannya menganut itu. Apa buktinya? Pembangunan ekonomi yang masih bergantung pada eksploitasi Sumber Daya Alam, khususnya hutan dan lautan.

Data yang diperoleh dari Greanpeace Indonesia (LSM Lingkungan) menjelaskan bahwa setiap 25 detik, hutan seluas lapangan sepakbola dihancurkan untuk perkebunan kelapa sawit. Lebiih kejam lagi negara membuat kebijakan melalui Undang Undang Sapu Jagat atau dengan gaya hukum menyebutnya UU Cipta Kerja (UU Omnibus Law). UU Omnibus Law dibuat dengan maksud untuk mempermudah perizinan pengusaha atau masuknya investasi. Yang digarap oleh DPR dan disahkan oleh Presiden Joko Widodo secara gesit di masa pandemi dan saat masyarakat tak bebas berkumpul. Sebenarnya tidak ada kaitan dengan respon krisis ekonomi dimasa pandemi, UU Cipta kerja sudah digagas dan dilontarkan secara terbuka pada  oktober, tahun 2019, kisaran lima bulan sebelum WHO  (Badan Kesehatan Dunia) mengumumkan status pandemi. UU ini sudah berjalan setahun sejak pertama disahkan tahun 2020.

Dalam UU ini salah satu yang banyak disebut adalah dihapusnya ketentuan untuk mempertahankan minimal 30% hutan dikawasan tertentu, tanpa aturan luasan minimal hutan yang harus dipertahankan. Undang-Undang ini meningkatkan hilangnya hutan. UU ini adalah angin segar bagi para pengusaha atau pebisnis khususnya oknum pemerintah. Di bawah ini adalah data terkait latar belakang bisnis DPR dan kabinet pemerintahan Jokowi-Ma’ruf.

Gambar: Watchdoc dalam Film Kinipan




Kesenjangan antara kelompok kaya dan miskin akan  terus terjadi. Yang kaya semakin kaya dan yang miskin nasibya bagaimana? Persoalan sebenarnya adalah bukan perseteruan antara miskin dan  kaya. Melainkan sikap tegas Negara atas keadilan ekonomi. Suatu Negara harus selalu memperhatikan jangan sampai ada bagian masyarakat yang kehilangan haknya untuk hidup layak, berhati-hati terhadap hak orang lain bukan demi kepentingan mereka sendiri. Sikap perilaku demikian harus dilakukan agar tidak menimbulkan banyak kesengsaraan kepahitan dan kekacauan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Gus Wahid Syarifudin: Nilai-nilai Luhur Pesantren Harus Dijaga

 


Kelompok 86 KKN RDR 77 UIN Walisongo Semarang menyelenggarakan malam puncak Hari Santri Nasional pada jum’at (22/10) secara virtual lewat aplikasi Zoom Meeting. Acara ini menjadi penutup dalam serangkaian Festival Hari Santri 2021 yang dimulai sedari tanggal 13 Oktober 2021. Dalam acara tersebut turut pula dihadiri Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) Kelompok 86 yaitu Muhammad Nurkhanif, M.S.I. Kelompok 86 juga turut mengundang Kepala Pusat PPM LP2M UIN Walisongo Semarang yaitu M. Rikza Chamami, M.S.I. 

Acara malam puncak dibagi menjadi 2 sesi. Sesi pertama adalah Khataman Al-Qur’an Virtual yang dipimpin oleh salah satu rekan kelompok 86 yaitu Syamsudin Aziz Saputra. Meski di tengah pandemi acara ini tetap berlangsung dengan lancar. Berlanjut pada sesi kedua yang diisi sambutan dan mauidzah hasanah. “Menjadi santri tidak hanya sekedar nyantri, tapi harus taat kepada kyai” menjadi pesan yang disampaikan Bapak Nurkhanif ketika memberikan sambutan selaku Dosen Pembimbing Lapangan.

Acara ini ditutup dengan mauidzah hasanah dengan tema “Abdi Santri untuk Negeri” yang disampaikan oleh Gus Wahid Syarifudin Ahmad atau yang lebih dikenal Gus Wahid. Beliau adalah salah satu Munsyid Grup Hadroh Ahbaabul Mustofa asuhan Habib Syech bin Abdul Qadir Assegaf. Tak ketinggalan juga para jama’ah sholawat beliau yaitu Mbolovers yang juga ikut serta meramaikan pengajian virtual kali ini.

Ceramah dari Gus Wahid diawali dengan kisah dari Nabi Musa a.s. yang sedang nyantri kepada Nabi Khidir a.s. Kisah ini telah diabadikan langsung dalam QS. Al-Kahfi ayat 60 sampai 82. Kemudian dijelaskan pula apa itu santri dan makna dari Hari Santri Nasional ini.

“Santri yang barokah adalah santri yang mampu menerapkan nilai-nilai santrinya. Berakhlak baik dan terutama taat kepada kyainya,” tutur Gus Wahid di akhir sesi.

 

Reporter: Faqih M Fatar

Kiat-kiat Sukses Kuliah, Mahasiswa Harus Tau

 


Kuliah merupakan pendidikan tingkat lanjut setelah sekolah tingkat menengah atas. Perkuliahan dilaksanakan di perguruan tinggi baik negeri ataupun swasta, umum maupun berbasis agama. Banyak dari kita diberikan kesempatan untuk bisa berkuliah entah lewat jalur beasiswa atau jalur reguler, semuanya perlu kita syukuri karena bisa berkuliah merupakan suatu anugerah. Kenapa demikian? Karena banyak orang di luar sana yang ingin bisa berkuliah namun keadaan ekonominya tidak mendukung atau karena faktor-faktor lainnya.

Perjalanan selama menjalani masa perkuliahan tentunya mengalami lika-liku, ada suka dan duka semua terangkum dalam satu wadah yang bernama pengalaman. Berkuliah belum tentu menjadikan kita sebagai orang sukses. Namun, alangkah baiknya jika kita mengupayakan yang terbaik agar tidak menyesal dikemudian hari. Lalu apa saja hal-hal yang perlu kita perhatikan agar berhasil di masa perkuliahan? Berikut rangkumannya.

Bersungguh-sungguh

Dalam melakukan segala sesuatu harus kita lakukan dengan sepenuh hati agar mendapatkan hasil yang maksimal. Belajar membutuhkan waktu yang lama namun jika kita tidak bersungguh-sungguh maka akan membuang-buang waktu saja.

Berani Menghadapi Masalah dan Kegagalan

Sebagai seorang mahasiswa, tentu tingkat pemikiran lebih tinggi daripada anak-anak yang masih berada di bangku sekolah dasar. Terhadap suatu masalah kita harus bisa bertanggung jawab menghadapinya bukan membiarkan atau malah meninggalkan. Tanpa kita sadari, ternyata tugas-tugas kuliah mampu menguji tingkat tanggung jawab kita. Sebagai contoh, seberapa tepat waktunya kita dalam mengumpulkan tugas, seberapa besar usaha kita untuk mengumpulkan materi, dua hal ini mampu kita jadikan bahan   introspeksi, apakah kita sudah bertanggung jawab walaupun dalam hal yang sepele? Jika pada hal kecil saja tidak bertanggung jawab, lantas bagaimana dengan hal yang lebih besar?

Dalam hal kegagalan, kita tidak  boleh cepat menyerah banyak kesempatan untuk bisa kita coba. Habiskan jatah kegagalan untuk sukses di kemudian hari.

Motivasi dan Kejutan

Mengelola emosi sangat perlu dilakukan, salah satu caranya adalah memberikan motivasi kepada diri kita sendiri. Motivasi kita perlukan untuk menumbuhkan rasa semangat dan percaya diri yang hilang ketika kita mengalami bosan dan jenuh. Motivasi bisa kita dapatkan melalui buku-buku bacaan ataupun sosial media.

Selanjutnya reward, yaitu suatu ungkapan terima kasih kepada diri sendiri atas progres yang telah kita lakukan. Setelah mengerjakan tugas kita bisa memberikan hadiah kecil untuk diri sendiri misalnya dengan melakukan hal-hal yang kita senangi sebagai tanda terima kasih, sehingga kita akan lebih bersemangat menjalani aktivitas-aktivitas selanjutnya.

Manajemen Waktu

Mengatur waktu merupakan hal yang sepele namun berdampak besar bagi keberlangsungan kegiatan kita dalam sehari. Kita harus bisa menentukan mana hal harus kita dahulukan dan mana yang bisa kita tunda. Sesuatu yang bersifat penting dan mendesak hendaknya kita dahulukan. Setelahnya, hal-hal yang kurang penting bisa kita lakukan jika memungkinkan. Tundalah kesenangan sementara untuk kesenangan yang lebih lama.

Perbanyak Usaha dan Doa, Kurangi Gaya

Karena doa tanpa usaha itu dusta, dan usaha tanpa doa itu  sombong. Dua hal ini harus berdampingan, sama-sama dilakukan agar terjadi keseimbangan. Bergaya dan mengikuti trend saat ini juga perlu tapi jika berlebihan hanya akan menimbulkan kemudaratan kepada diri sendiri dan orang lain.

Itulah hal-hal yang perlu kita perhatikan agar berhasil di masa perkuliahan. Sebagai catatan, kuliah bukan hanya tentang materi dan praktek atau mengerjakan tugas yang hampir mencapai deadline tapi kuliah adalah pengalaman, menambah relasi, dan mengembangkan kemampuan yang kita miliki. Lakukanlah segala sesuatu dengan baik agar tidak menyesal dan mampu kita jadikan suatu kebanggaan. Selamat berproses untuk kita, semoga sukses.

Oleh: Lailatul Maghfiroh (Mahasiswa UIN Walisongo)

Tim 40 KKN RDR 77 UIN Walisongo Ciptakan Permainan Berbasis Ekologi dan Moderasi Beragama


UIN Walisongo terus menerus melakukan penguatan moderasi beragama dengan berbagai macam kreatifitasnya. Kali ini, dalam rangka memperingati hari Santri 2021, Tim Kuliah Kerja Nyata Reguler Dari Rumah 77 Kelompok 40 ciptakan lomba Bocil The Exploler dan Miss Tempel Guyub berbasis ekologi dan Moderasi Beragama. Serangkaian lomba ini dilaksanakan pada hari sabtu (23/10) di Tempel Guyub, Kelurahan Jatisari, Mijen.


Syafiq selaku penanggung jawab acara menjelaskan, bahwa Bocil The Exploler berbasis ekologi dan moderasi beragama merupakan gagasan baru, sebuah lomba petualangan anak-anak tingkat SD yang di dalamnya terdapat 6 permainan sekaligus misi di setiap pos. Setiap poskonya dinamai dengan nama-nama agama yang ada di Indonesia.

“Selain nama posnya dalam setiap permainan juga mengajarkan bagaimana kerjasama tim yang baik, misal dalam di pos Kristen ada permainan estafet sarung dan di pos Hindu ada permainan estafet karet. Di pos Budha juga ada misi mencari keong di sawah bagi setiap tim yang mengajarkan bagaimana membaur dengan alam secara langsung. Di pos Katolik ada pula lomba cerdas cermat yang pertanyaannya menanamkan sikap toleran,” tutur Wakil Koordinator Kelompok 40 tersebut.


Sedangkan menurut Ofi, salah seorang mahasiswi anggota kelompok 40, pemilihan Miss Tempel yang juga berbasis ekologi dan moderasi beragama merupakan terobosan baru karena tidak hanya menampilkan fashion show semata.

“Kami berusaha membuat konsep lomba lain dari yang lain, anak-anak juga berusaha kita kenalkan tentang menariknya bermain di alam, agar tau bahwa itu sangat menyenangkan dan kita sama-sama melestarikan. Pertanyan seputar moderasi beragama juga kami tanyakan saat peserta Miss Tempel maju di depan panggung sebagai salah satu kriteria penilaian.”


Nayaka, ketua kelompok yang menjuarai Bocil The Exploler mengatakan bahwa lomba yang disajikan sangat menarik dan berbeda dengan lomba lain yang pernah ia ikuti.

“Sangat mantap! Tim saya menang karena kerjasama dan kerja keras. Karena kerja keras adalah kunci keberhasilan,” tutur siswa kelas 5 SD tersebut.

 

Reporter: Evan

Peringati Hari Santri, KKN Kelompok 40 UIN Walisongo Luncurkan Buku bunga Rampai

 



Kelompok 40 Kuliah Kerja Nyata Reguler Dari Rumah 77 Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang menggelar diskusi dan peluncuran buku Bunga Rampai "Merekonstruksi Makna Perjuangan Santri" dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional 2021. Acara ini dilaksanakan pada hari Jum'at tanggal 22 Oktober 2021 di Desa Tempel, Kelurahan Jatisari, Mijen Kota Semarang.


“Buku ini ditulis oleh lima belas Mahasiswa KKN RDR 77 Kelompok 40 UIN Walisongo sebagai Refleksi, kritik, dan beberapa alternatif berfikir bagi santri di tengah hiruk-pikuk modernitas,” ucap Naila saat membuka diskusi selaku moderator.


Diskusi offline terbatas ini dimulai pada pukul empat hingga pukul enam sore. diisi oleh Muhammad Khabib selaku Ketua Komunitas Alumni Perguruan Tinggi Jawa Tengah dan Pegiat Tempel Guyub, Muhamad Syafiq Yunensa selaku kontributor terpilih, dan Andi Evan Nisastra selaku penanggap dan GUSDURian UIN Walisongo.


Khabib menyampaikan bahwa persoalan utama adalah pemahaman santri yang hanya sebatas pada pembicaraan agama yang bersifat ritual saja. Padahal kemunculan resolusi jihad tak bisa lepas dari perjuangan melawan kolonialisme.

“Bila perjuangan dulu melawan kolonialisme, maka kini neo-kolonialisme juga harus dilawan. Apa wujud dari neo-kolonialisme? Yaitu struktur sosial, ekonomi hingga ekologi yang timpang. Santri harus mengambil peran di situ,” tutur Khabib yang sudah lama berkecimpung di dunia gerakan.


Syafiq Yunensa menjelaskan tulisannya yang membahas bahwa santri belajar belajar dari Power Rangers untuk mendefinisikan kembali perjuangannya. Kita bisa menggunakan hal-hal yang bersifat imajinatif  untuk refleksi bersama. 

“Santri harus mau belajar dari berbagai sisi kehidupan, tidak sebatas kitab kuning, tapi kitab merah, biru, hijau dan warna-warni lain juga harus dipelajari. Belajarlah dari Power Rangers dengan segala warna-warninya, saya membayangkan ada santri yang menjadi pemuka agama Islam sebagaai ranger merah, menjadi pengusaha sebagai ranger biru, menjadi politikus sebagai ranger hijau, menjadi petani sebagai ranger kuning, dan akademisi sebagai ranger pink, dan berbagai warna lainnya,” ungkap novelis muda kelahiran Brebes tersebut.

 

Selain itu, Evan memaparkan tanggapannya tentang bagaimana santri berkembang dan membaca berbagai kondisi kemasyarakatan yang ada. Pesantren sebagai tempat santri belajar mendalami ilmu agama juga adalah wadah untuk memulai perubahan dan pergerakan di masyarakat.

“Pembelajaran terkait sosial masyarakat tidak hanya sebatas apa yang ada di atas kertas tapi juga melihat dan merasakan langsung apa yang terjadi di tengah masyarakat,” ungkap pegiat Gusdurian Walisongo yang juga Desainer Digdaya Book tersebut.

 

Reporter: Keredaksian DB

Ku Tak Tahu Kalau Ku Tak Tahu (Virus Pengilahian Diri dan Pentingnya Scientific Attitude)

 


Setiap Manusia pasti pernah sampai fase dimana dia menjadi over confident dengan daya intelektual, emosional, bahkan spiritualnya sendiri, ia yang menemukan mutiara sintetis di kolam ikan seringkali merasa tahu bagaimana caranya menemukan mutiara tersembunyi di Samudera Hindia, ia yang bermain-main di hutan wisata seringkali merasa tahu bagaimana caranya survive di Hutan Amazon, dan ia yang mencicipi sedikit bumbu cinta seringkali merasa tahu rahasia akbar cinta sejati yang tak terkiaskan. Mengapa Manusia seringkali merasa tahu segala-galanya padahal ia hanya tahu sedikit? Mengapa Manusia seringkali merasa seperti Tuhan kuasa padahal ia hanya butiran kecil kosmos?

Sebetulnya, fenomena “Pengilahian diri” ini merupakan suatu fase kehidupan yang kemungkinan akan dilalui oleh Manusia, mungkin teman-teman pernah mendengar istilah “Puber intelektual” atau “Mabuk agama”, terminologi tersebut memang pas dipakai untuk menggambarkan mereka yang mengilahikan dirinya sendiri, dan biasanya, fenomena pengilahian diri ini lebih besar peluangnya bagi mereka yang memiliki ilmu pengetahuan, inilah paradoksnya, bahkan ilmu yang sangat luhur pun bisa dijadikan Weapon of mass Destruction (WMD) bagi mereka yang mengilahikan dirinya sendiri. Manusia memiliki daya kebinatangan yang sangat luar biasa, nafsu hayawaniyah ini luar biasa dampaknya apabila tidak dikontrol dengan akal sehat yang rasional dan wasath. Nelangsanya, nafsu haywaniyah inilah yang seringkali mengontrol tindakan kita sehari-hari, segala macam ilmu pengetahuan yang murni dan baik akan menjadi buruk outcome-nya apabila ilmu tersebut masuk kedalam jiwa yang kebinatangannya tinggi. Inilah akar penyebab mengapa ada orang berilmu tapi kok lisannya bagaikan pisau, ia merendahkan orang lain atas nama ilmu pengetahuan, baginya semua lingkup kehidupannya adalah forum diskusi, mudah sekali lisannya mengeluarkan kalimat bodoh, terbelakang, kolot, dungu, udik, tidak kritis, dan lain sebagainya, masih syukur alhamdulillah kalau dengan kalimatnya itu ia mau mendidik orang tersebut sehingga ia mengeluarkan orang dari lembah kebodohan, lha kalau tidak? Melihat fenomena pengilahian diri sendiri dengan ilmu pengetahuan ini, saya jadi ingat kalimat seorang ulama yang berbunyi “Orang mengaji sepintar apapun, jika tidak ada riyadhoh-nya, percuma ilmunya. Karena nanti ilmunya akan ditunggangi hawa nafsu.”

 

Nalarnya seperti ini (saya akan menggambarkannya secara figuratif), ilmu pengetahuan itu bagaikan air, air tersebut sifatnya suci dan bersih, untuk memiliki air tersebut harus dijemput terlebih dahulu, mustahil secara logika air tersebut menghampiri kita tanpa dijemput terlebih dahulu. Manusia si penjemput ilmu ini bagaikan mangkuk yang akan menampung air yang ia jemput, kalau mangkuknya bersih dari noda maka airnya akan tetap segar dan bisa dinikmati oleh si pemilik air tersebut bahkan orang lain pun bisa menikmatinya. Sebaliknya, kalau mangkuknya  kusam dan kotor, air tersebut akan terkahontaminasi dan akan menjadi racun untuk diminum oleh orang lain. Begitupun relasi ilmu dengan Manusia, kalau Manusianya berhati bersih bisa mengontrol nafsu haywaniyahnya, taqwanya mengalahkan fujurnya, maka insya Allah ilmu tersebut akan menjadi bermanfaat untuk masyarakat karena si pemilik ilmu tersebut paham cara memanfaatkannya dengan baik. Sebaliknya, kalau Manusianya hatinya kotor, maka ilmu yang ia terima bukannya menjadi barokah buat dirinya sendiri dan orang lain malah akan menjadi musibah buat dirinya sendiri dan orang lain karena ia keliru dalam memanfaatkan ilmunya. Singkatnya, Orang yang hatinya bersih ketika dia menerima ilmu akan berpikir bagaimana ilmunya bisa bermanfaat dan barokah buat diri sendiri dan orang lain, orang yang hatinya kotor ketika dia menerima ilmu akan berpikir bagaimana caranya ilmunya itu bisa membuat orang lain kagum dan terpesona dengannya. Maka terbuktilah, meskipun kalam dan nasihat kyai dan ulama kita tidak begitu ndakik dan scientific, tapi itu justru berperan sebagai fundamen kesuksesan seorang untuk menjadi intelektual yang sempurna berbasis pedoman iman-ilmu-amal.

Disinilah pentingnya peran pendidikan scientific attitude dan akhlak intelektual, seorang penuntut ilmu pertama kali wajib mengetahui tentang berbagai macam symptom-symptom virus pengilahian diri yang mungkin akan ia alami didalam perjalanan menuntut ilmu, symptom-symptom tersebut diantaranya ialah perasaan luar biasa untuk mendebat orang lain padahal ilmunya cetek dan argumennya lemah, perasaan paling benar sendiri, perasaan aku wis ngapling suwargo! Dan berbagai macam symptom lainnya. Kalau ini tidak disadari dan diberi pencegahan, lama kelamaan gejala-gejala tersebut akan menjadi penyakit akut yang mendasari kepribadian orang tersebut (amit-amit jabang bayi!). Pendidikan scientific attitude ini mesti diajarkan dengan cara yang lengkap, ajarkan penuntut ilmu metode berdebat yang baik, bentuk forum diskusi yang mengedepankan peran rasio dibanding emosi, bangun kemampuan berargumentasi yang baik didalam diri penuntut ilmu, bedah dan ajarkan (bila mampu) kitab-kitab ulama dan intelektual yang bisa dijadikan acuan scientific attitude mulai dari imam Az-Zarnujy sampai Tom Nichols, dan yang paling penting dan dasar dari segalanya adalah ajarkan penuntut  ilmu untuk mengalahkan nafsu-nafsi buruk didalam dirinya, karena itulah musuh terbesar didalam diri penuntut ilmu.

Akhir kalam, fenomena pengilahian diri dengan ilmu pengetahuan ini sesungguhnya adalah bagian dari perjalanan intelektual seseorang, perjalanan menuju intelektual sejati itu tidak semudah itu dan banyak proses yang mesti dilalui, akan banyak fenomena pergulatan intelektual bahkan spiritualitas, fenomena pengilahian diri ini merupakan bagian dari gelombang perjalanan intelektual seseorang, kita yang lebih senior dalam hal ini harus mengayomi mereka yang sedang berada didalam fase ini karena sebetulnya dia sangat sangat perlu untuk dibimbing, orang-orangg semacam ini begitu ia sadar bahwa ia bodoh, ia akan berpeluang besar menjadi intelektual kaffah di masa depan karena ia pernah menjadi penyintas virus pengilahian diri tersebut. Pada akhirnya, salah satu momen ternikmat dalam hidup kita adalah ketika kita sadar bahwa kita dulu pernah sendablek dan sengeyel itu, dan ketika kita sadar bahwa kita  akan berkembang pesat ketika kita tahu kalau kita tak tahu, wallahua’lam bisshowab.

Memutar Roda Ekonomi dan Kehidupan Dusun Tempel Lewat Perbaikan Tempel Guyub

 



Setelah kurang lebih selama 2 tahun Tempel Guyub berdiri, tak diragukan lagi bahwa kini Tempel Guyub telah menjadi salah satu poros ekonomi masyarakat sekitar. Maka dari itu, dengan kedatangan tim KKN kelompok 40 dari UIN Walisongo terhitung sejak tanggal 8 Oktober lalu, para anggota kelompok KKN dan dengan bantuan warga sekitar bergotong royong dan saling bahu membahu untuk memperbaiki aset warga yang sangat berharga ini.

Setelah kurang lebih 1 minggu lamanya tim KKN kelompok 40 ini tinggal di dusun Tempel, Jatisari, Mijen, kabupaten Semarang, tim KKN ini langsung gerak cepat membaca situasi dan kondisi lingkungan sekitar. Salah satunya adalah Tempel Guyub ini, yang terletak strategis di pinggir jalan dan di antara sawah desa. Di sini, dapat dikatakan sebagai pusat berkumpul warga di setiap harinya. Karena setiap ba’da ashar, kalangan ibu-ibu sekitar berdagang jajanan mulai dari jajanan ringan ciki hingga sosis bakar, gorengan, dan bubur.

Tepatnya pada 14/10/2021 tim KKN kelompok 40 mulai melakukan pengecatan bambu-bambu yang terbentang di area Tempel Guyub, juga kayu-kayu untuk menopang kedai sederhana milik masyarakat yang terletak di sepanjang lokasi Tempel Guyub. Dan dengan kekayaan alam milik dusun setempat, tim ini memanfaatkan bambu untuk memperbaiki apa yang sekiranya sudah mulai rapuh.

Selain menjadi pusat berdagang kalangan ibu-ibu, Tempel Guyub sebenarnya juga menjadi pusat pemancingan kalangan bapak-bapak. Setiap sore, setidaknya ada satu dua bapak yang sedang memancing. Dengan persetujuan mas Habib selaku ketua paguyuban Tempel, atap Tempel Guyub yang semula hanya menggunakan daun, sekarang sudah diganti dengan bahan yang lebih tahan lama dan lebih aman dari hujan yaitu dengan menggunakan asbes.

Maka dari itu, Tempel Guyub ini selain layak disebut pusat berkumpulnya masyarakat sekitar, layak juga untuk dirawat dan dijaga. Agar roda ekonomi dan roda kehidupan di dusun setempat tetap berputar dengan baik.

Rep: Meihana Fatin Lutfiyah

KKN RDR 77 UIN WALISONGO SEMARANG kelompok 40 membagikan masker kepada masyarakat sekitar lokasi tempat KKN




Kelompok 40 Kuliah Kerja Nyata Reguler Dari Rumah 77 Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang membagikan masker kepada masyarakat sekitar lokasi KKN. Kegiatan ini dilakukan sebagai bentuk upaya mencegah penyebaran Covid-19. Kegiatan ini dilaksanakan hari jumat tepatnya tanggal 8 Oktober 2021.

Kegiatan membagikan masker kepada masyarakat dianggap sebagai kepedulian dalam upaya mencegah penyebaran virus covid, meskipun sudah banyak masyarakat yang sudah mendapatkan vaksin, tetapi protocol kesehatan haruslah tetap wajib dilaksanakan. Karena vaksin sebagai bentuk pencegahan penularan, perlu diingat bahwa vaksinasi tidak membuat seseorang kebal terhadap virus 100%, untuk itu protocol kesehatan harus lah tetap dilaksanakan.

“Kegiatan membagikan masker sangat saya apresiasi karena kegiatan ini bertujuan baik dan mengingatkan masyarakat untuk terus ingat tentang protocol kesehatan dan tetap menggunakan masker diluar rumah” tutur kata Likah selaku salah satu masyarakat setempat.

Likah mengatakan kegiatan membagikan masker membuat masyarakat ingat akan pentingnya protocol kesehatan dan tetap menggunakan masker saat menjalankan aktivitas diluar rumah.

Menjalankan protocol kesehatan sangatlah penting. Protocol kesehatan yang dapat dilaksanakan oleh masyarakat dinegara Indonesia dikenal dengan nama protocol kesehatan 5M yaitu: pertama mencuci tangan, kedua memakai masker, ketiga menjaga jarak, keempat menjauhi kerumunan, kelima mengurangi mobilitas. Diharapkan warga Indonesia tetap melaksanakan protocol kesehatan 5M agar virus covid-19 dapat segera pergi dari Negara kita.