Kiat-Kiat Kuliah sambil Kerja bagi Mahasiswa Baru

 




Kita mungkin tidak terlalu asing dengan istilah “kuliah sambil kerja”, akan tetapi umumnya hanya berlaku bagi mahasiswa yang sudah menginjak semester tua, atau setidaknya di semester pertengahan. Sedangkan, bagi mahasiswa yang baru menginjak semester awal, seringkali mengalami kesulitan dalam mengatur waktu, ketika ia harus menjalani dua rutinitas tersebut. Tentu, bukan sebuah kesalahan ketika mereka memilih untuk kerja sambil kuliah, barangkali karena masalah ekonomi atau memang ingin mencoba hal baru. Berikut kiat-kiat Kuliah sambil Kerja bagi mahasiswa Baru:

1. Memiliki Kemauan yang Kuat

Kemauan yang kuat menghadirkan semangat yang membara untuk bisa kuliah sambil kerja. Tanpa adanya kemauan yang kuat dapat menyebabkan harus resign dari pekerjaan atau berhenti kuliah karena berbagai masalah yang didapati saat menjalani kuliah sambil kerja, seperti kesulitan membagi waktu, terlalu nyaman dengan pekerjaan yang orientasinya uang dan kurang memperhatikan perkuliahan atau penyebab lainnya. Maka dari itu, sebelum kita mengambil pilihan tersebut kita harus mempersiapkannya dengan matang dan memiliki target yang jelas.


2. Manajemen Prioritas

Setiap orang memiliki kesibukannya masing-masing akan tetapi kita harus tahu mana yang lebih penting antara kegiatan satu dengan yang lain. Manajemen prioritas merupakan proses pengelolaan dari diri sendiri untuk menentukan mana yang harus didahului. Peranan manajemen prioritas ini sangat diperlukan untuk bisa kuliah sambil kerja agar berjalan dengan baik (khususnya) untuk mahasiswa baru. Misalnya ketika terjadi bentrok antara jam kuliah dengan jam pekerjaan, maka ia harus mencari cara agar salah satunya bisa dipindah, seperti berganti sif kerja dengan rekan kerja atau mengganti jam kuliah. Bila sulit, tentukan mana yang kita prioritaskan, kuliah atau kerja.


3. Komitmen Disiplin Waktu

Waktu adalah emas, perempumaaan yang seringkali kita dengar di masyarakat. Memang waktu itu sangat berharga dan tidak dapat diulang kembali untuk itu kita harus bisa disiplin waktu. Kita harus tahu kapan kita harus fokus kuliah dan kapan kita fokus bekerja. Waktu istirahat juga perlu kita perhatikan karena jika kita tidak istirahat dengan cukup atau terlalu diforsir maka tubuh menjadi tidak fit dan akan berdampak buruk pada kegiatan yang lain.


4. Memiliki Target yang Jelas

Bicara soal target setiap orang memiliki impiannya masing-masing akan tetapi banyak orang yang tidak memikirkan targetnya padahal target itu sangat penting untuk menghitung sudah seberapa jauhkah kita melangah menuju impian kita. Adanya target membuat kita lebih tertata dalam menyusun planning kehidupan di masa depan. Maka dari itu mulailah membuat target yang jelas baik tujuan, sasaran, dan waktunya.


5. Pilih Jenis Pekerjaan yang Relevan

Tujuan utama kita sebagai mahasiswa adalah untuk belajar di perkuliahan, jangan sampai kita lebih mementingkan pekerjaan kita daripada kuliah. Pilih pekerjaan yang tidak mengganggu perkuliahan contohnya freelance, editing, conten creator, reseller. Dengan memilih pekerjaan yang tidak menggangu perkuliahan membuat kita bisa fokus dalam perkuliahan maupun pekerjaan. Kita juga sebisa mungkin memilih pekerjaan yang linear dengan jurusan yang kita ambil di perkuliahan. Tujuannya agar memudahkan kita dalam belajar maupun bekerja karena saling berkaitan satu sama lain. Bisa juga pilih pekerjaan yang sesuai dengan hobi kita. Bagi orang-orang yang memiliki hobi membaca misalnya, cobalah untuk menekuni dunia kepenulisan karena keduanya saling berkaitan, dengan menulis bisa menambah penghasilan dan cukup fleksibel perihal waktu melakukannya.


6. Komunikasi yang Baik dengan Pihak Perusahaan maupun Kampus

Menjalin hubungan komunikasi yang baik di perusahaan maupun kampus membuat kita lebih dikenal baik oleh orang-orang yang bisa menjadi relasi kita di masa depan baik dalam masalah perkuliahan dan pekerjaan. Terkadang dengan komunikasi yang baik dengan kedua pihak, mereka bisa mengerti kondisi kita (yang memilih kuliah sambil bekerja).


Berdasarkan kita-kiat di atas, mahasiswa (baru) harus bisa memilih perkerjaan yang sesuai dengan jurusan (atau hobinya) dan mampu mengatur pembagian waktunya antara perkuliahan dan jam kerja. Bila mana tidak sesuai boleh saja, asal tidak mengganggu prioritas utamanya. Semoga Bermanfaat.



Referensi

Rusyadi, S. H. (2013). Hubungan antara manajemen waktu dengan prestasi belajar pada mahasiswa (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).

Hidayat, Muhamad Nur. Kuliah Sambil Kerja: Eksplorasi Atas Motif Bekerja dan Strategi Belajar Mahasiswa Pekerja Paruh Waktu (Studi Pada Mahasiswa Perguruan Tinggi di Yogyakarta). Diss. Universitas Gadjah Mada, 2020



Penulis: Kusnul Agustin (Mahasiswa Pendidikan Bahasa Arab: Universitas Negeri Jakarta)

Keluarga Merupakan Kekuatan Terpenting bagi Pasien Kanker



Pengantar

Kanker merupakan salah satu penyakit yang mengancam kehidupan yang memiliki angka kematian tertinggi kedua di dunia setelah kardiovaskuler. Menurut Kementerian Kesehatan RI, kanker memiliki masalah yang kompleks selain masalah fisik, pasien juga dihadapkan pada masalah respon emosional/psikologis seperti kehilangan percaya diri, keputusasaan, merasa menjadi beban, tidak lagi mempunyai semangat hidup atau merasa terisolasi. Kondisi seperti ini kerap kali membuat pasien lebih menderita bahkan depresi sehingga memerlukan. penanganan khusus (Kemenkes RI, 2017).

Penilaian terhadap Kebutuhan Pasien Kanker Sangat Penting

Suatu tatanan pengobatan yang berfokus pada kualitas hidup diantaranya ialah kontrol nyeri, kebutuhan sosial, emosional, dan spiritual pasien kanker. Selain dokter maupun perawat, keluarga memiliki peranan penting dalam proses pengobatan dan pemulihan pasien kanker, ini dimaksudkan untuk mengurangi penderitaan pasien, sehingga ia tetap memiliki kualitas hidup yang baik, terutama menghadapi penyakit yang mengancam jiwa. Oleh karena itu diperlukan adanya dukungan dari berbagai sumber untuk memperkuat koping positif pasien kanker (Utami, RW, 2022).

Kebutuhan akan dukungan keluarga perlu disikapi dengan memberikan pelayanan holistik yang optimal. Salah satu strategi yang dapat dilakukan untuk mengurangi beban masalah emosional yang dihadapi oleh pasien kanker adalah dengan fokus mendekatkan diri untuk menenangkan pikiran melalui dukungan dari berbagai pihak terutama keluarga (Kemenkes RI, 2017). Keluarga adalah kekuatan terpenting bagi pasien kanker. Selain keluarga inti, ada dukungan dari keluarga besar sehingga menjadi sumber dukungan dan ketahanan yang penting bagi pasien kanker (L. Kelada, 2019).

Hal-hal yang Dapat Dilakukan untuk Mendukung Pasien/Penyintas Kanker

  • Memahami kondisi pasien
  • Dampingi selama proses pengobatan dan penyembuhan
  • Memberikan kekuatan dan motivasi kepada pasien


Dukungan keluarga dapat meminimalkan respon psikologis dan menunjang pemenuhan kebutuhan fisik dan emosi pada saat pasien menjalani perawatan (Pristiwati, AD, dkk., 2018). Dukungan dan pemenuhan kebutuhan ini didapatkan dari keluarga sebagai orang terdekat dan sumber dukungan. Dukungan keluarga yang positif ini akan mempengaruhi fungsi fisiologis, psikologis, sosial dan spiritual pasien kanker sehingga kualitas hidup pasien akan meningkat (Susanti, NL, 2017).


“Allah SWT memiliki tujuan untuk rasa sakitmu, alasan untuk perjuanganmu dan hadiah untuk semangatmu. Hidup adalah pilihan, pilihan untuk terus berjuang. Keluh kesah pasti ada namun kekuatan cinta dan empati akan membawa kuat dan bertahan”

-Fight Cancer With Hope-



Referensi

Kemenkes RI. 2017. Petunjuk Teknis Paliatif Kanker Pasien Dewasa. Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Direktorat Pencehagan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular.

Utami, RW, Sutantri. 2022. Family Support in Caring for Cancer Patients During the Covid-19 Pandemic. Volume 7, Issue S2, 2022, p. 247–252. Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan.

L. Kelada dkk. 2019. Bagaimana Orang Tua dari Anak yang Selamat dari Kanker Mempersepsikan Dukungan Dari Keluarga Besar mereka, Journal of Child & Family Studies, Article vol. 28, tidak. 6, hlm. 1537-1547, doi: 10.1007/s10826-019-01394-9.

Pristiwati, AD, dkk. 2018.Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Respon Psikologis Pasien Kanker Payudara Yang Menjalani Kemoterapi Di Poliklinik Onkologi RSUD Kabupaten Temanggung. Indonesian Journal of Nursing Research, Vol.1, No.1. Fakultas Keperawatan Universitas Ngudi Waluyo Ungaran.

Susanti, NL. 2017. Dukungan Keluarga Dalam Meningkatkan Kualitas Hidup Pasien Kanker Servik. Jurnal Ners Lentera Vol. 5, No. 2.


Membangun Keyakinan Diri pada Pasien Gagal Ginjal Kronis yang Menjalani Terapi Hemodialisa



Gagal ginjal kronis merupakan suatu kondisi yang dapat menurunkan fungsi ginjal. Proses pengobatan gagal ginjal kronis memerlukan terapi yakni terapi hemodialisa atau seringkali kita kenal dengan sebutan HD. HD bertujuan untuk mengeluarkan cairan berlebihan di dalam tubuh. Pasien yang menjalani terapi HD akan merasakan banyak mengalami perubahan dalam menjalani kehidupannya. Secara fisik, pasien merasakan fungsi dari organ tubuhnya tidak optimal. Secara mental, pasien seringkali merasakan kecemasan, ketakutan, dan bahkan pasien sampai merasakan bahwa ia tidak lagi memiliki keyakinan diri atas kemampuan yang dimiliki.

Dalam dunia kesehatan untuk membantu memecahkan sebuah permasalahan yang dihadapi oleh pasien terkait kemampuan seseorang, dapat berfokus pada Theory health promotion model. Hal ini di dukung dengan adanya penelitian yang dilakukan oleh Ariani (2022), temuannya menyatakan bahwa fisik, emosi perasaan dan dukungan sosial dalam theory health promotion model dapat membantu mempengaruhi keyakinan diri pasien atas kemampuan yang dimiliki untuk mencapai target, mencari solusi dan menyampikan ide disetiap permasalahan yang sedang pasien hadapi walupun dalam kondisi sakit. Fokus faktor-faktor tersebut sebagai berikut :

Kondisi Fisik

Kondisi fisik dalam dunia kesehatan selalu berkaitan dengan jenis kelamin dan usia. Jenis kelamin laki-laki, dan usai 36 tahun keatas (perempuan atau laki-laki) akan lebih cenderung memiliki keyakinan diri yang lebih tinggi, dan mampu mencari solusi dari masalahnya secara mandiri. Namun, cara lain yang dapat diperhatikan pada kondisi fisik adalah dengan memperhatikan gaya hidup sehat diantaranya:

• Patuh terhadap diet

Diet pada pasien HD betujuan untuk mencapai status gizi secara optimal dan mengurangi zat-zat yang berlebihan didalam tubuh. Sebisa mungkin pasien dapat memakan makanan yang dianjurkan oleh dokter.

• Latihan Fisik

Berfungsi untuk menahankan kebugaran tubuh dan kesehatan tubuh secara menyeluruh pada pasien. Latihan fisik di rumah sakIt pada saat berlangsungnya HD dapat dilakukan selama 30-45 menit namun harus dibawah pengawasan serta anjuran perawat dan dokter. Sedangkan dirumah, latihan fisik dapat dilakukan dengan berjalan kaki.


Perasaan dan Emosi

Tindakkan terapi HD salah satu kondisi yang memaksa pasien untuk bisa melakukan penyesuaian diri terhadap kondisi sakit. Dalam proses penyesuaian diri pasien, wajar apabila pasien mengalami gangguan emosi, dan perasaan yang tidak stabil. Gangguan tersebut ditunjukkan dengan adanya perasaan kecewa terhadap kenyataan yang harus dijalani. Namun apabila kondisi ini dibiarkan terus-menerus, maka akan dapat mempengaruhi perilaku pasien yang mengarah kepada pasien suka menarik diri, dan bahkan mengalami penurunan keyakinan diri untuk tidak mau lagi menjalani terapi HD. Agar kondisi tersebut tidak terjadi, maka pasien harus mengatasinya dengan berusaha untuk mengubah emosi negatif menjadi emosi yang postif (Bahagia, mempunyai harapan,dan keyakinan), yang dapat dilakukan seperti: Pasien berusaha untuk selalu bisa berdamai pada kenyataan, dan meyakinkan diri bahwa di balik kondisi sakit yang terjadi saat ini akan ada hikmah baik yang tersembunyi dari Tuhan. Selain itu, pasien dapat menjadikan orang-orang terdekat sebagai pendengar semua keluhan yang dirasakan, terutama tentang kondisi sakit untuk mencari solusi yang sedang dihadapi.


Dukungan Sosial

Menghadapi efek samping yang mucul dari tindakkan HD, pasien tidak bisa menghadapinya secara mandiri. Pasien akan selalu membutuhkan dukungan dari keluarga dan lingkungan setempat, seperti dukungan penghargaan (pemberian ucapan semangat), Dukungan instrumental (dukungan yang berupa bantuan langsung) dan dukungan informasi (berupa nasehat, dan informasi pengobatan), dikarenakan dari segala bentuk dukungan apapun yang diperoleh oleh pasien akan berdampak baik terhadap kondisi pasien, dapat memberikan ketenangan pada pasien, dan bahkan memberikan sebuah keyakinan yang tersirat bahwa terapi yang sedang dijalani merupakan suatu proses untuk dapat membantu kesehatannya.


Mempertahankan dan memperhatikan hal tersebut, diperlukannya perhatian dan kerjasama dari semua yang berada di lingkungan pasien untuk mau melibatkan diri dalam membantu pasien. Situasi ini bertujuan agar dapat memperkuat keyakinan atas kemampuan yang dimiliki pasien dalam menjalani proses kehidupan terutama menjalani terapi HD.




Daftar Pustaka

Ariani, F. (2022). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Self-Efficacy Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Terapi Hemofdialisa Berdasarkan Theory Health Promotion Model. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Ariani, F., & Arofiati, F. (2022). Analysis of Factors Affecting Self-Efficacy in Hemodialysis Patients: A Literature Review. https://doi.org/10.14704/nq.2022.20.8.NQ44401

Rosmalia, L., Kusumadewi, S., & Km, J. K. (2018). Sistem Pendukung Keputusan Klinis Untuk Menentukan Jenis Gangguan Psikologi Pada Pasien Gagal Ginjal Kronis (GGK) yang Menjalani Terapi Hemodialisa. 4(1).

Setiadi. (2018). Konsep dan proses keperawatan keluarga. Graha Ilmu.

Siregar, C. T. (2020). Buku Ajar Manajemen Komplikasi Pasien Hemodialisa. Deepublish.

Wahyuni, I., & Karlina, N. (2019). Correlation Of Self Efficacy With Stress Adaptation On Chronic Kidney Failure Patients Hemodialysis In Waled General HospitalCirebon District. Journal Kesehatan Mahardika, 6 No. 2September 2019.

Wantiyah. (2014). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengarhi Efikasi Diri Pasien Penyakit Jantung Koroner dalam Konteks Asuhan Keperawatan Di RSD dr. Soebanji Jember. Tesis FIKUI. Tesis Univeritas Indonesia.


Perlunya Pasien Hemodialisa Tahu tentang Kondisi Kesehatan


Hemodialisis menjadi alternatif pengobatan pasien gagal ginjal untuk menyelamatkan pasien dengan kadar ureum yang tinggi, namun demikian angka kematian hemodialisis tetap tinggi. Di Amerika serikat dan negara - negara industri angka kematian tahunan adalah sebanyak 23% (Bahadori et al., 2018).

Pentingnya meningkatkan kualitas hidup bagi pasien yang menjalani hemodialisa salah satunya adalah dengan memiliki kemampuan mengetahui kondisi kesehatan yang baik. Pasien yang menjalani hemodialisis harus mampu mengetahui gejala dari gagal ginjal, bagaimana mangatur diet, mampu mengatasi perubahan tubuh, perubahan aktivitas sehari-hari dan beban ekonomi. Situasi tersebut membutuhkan kewaspadaan managemen, selain itu hal tersebut membutuhkan kemampuan mengetahui kondisi kesehatan yang substansial yang mempengaruhi kualitas hidup pasien-pasien yang menjalani hemodialisis (Alemayehu et al., 2021).

Memiliki kemampuan dalam mengetahui infomasi kesehatan pada pasien hemodialisis sangat berpengaruh terhadap kualitas hidupnya dijelaskan juga pada penelitian Alemayehu et al., (2020) yang dilakukan di Iran yang meneliti hubungan antara literasi kesehatan dengan kualitas hidup pasien yang menjalani hemodialisis membuktikan bahwa tingginya tingkat literasi kesehatan pada pasien maka semakin baik pula kualitas hidupnya.

Sumber: Google

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan dalam mengetahui kesehatan pada pasien hemodialisa diantara nya “pendidikan”, “perilaku kepatuhan dalam pembatasan cairan”, “stress psikologi, depresi dan kecemasan”, serta faktor terakhir yaitu “adanya komunikasi atau hubungan saling percaya dengan penyedia layanan kesehatan”(Rahmawati & Rochmawati, 2022).

Pada penelitian kualitatif di sebuah rumah sakit swasta terkait pengalaman dalam kemampuan mengetahui kondisi kesehatan pada pasien yang menjalani hemodialisa yang memiliki lama hemodialisa lebih dari enam bulan, memiliki hasil penelitian bahwa ada yang perlu dilakukan oleh pasien hemodialisa dalam upaya meningkatkan kemampuan untuk mengetahui kesehatannya tersebut, diantaranya:

1. Pengetahuan tentang Cronic Kidney Disease

Berdasarkan pengalaman pasien yang menjalani hemodialisa sebagian besar menceritakan pengalamannya terkait penyebab gagal ginjal, perubahan fungsi tubuh dan bagaimana pasien tersebut mengalami keluhan yang menganggu aktivitasnya. Selain itu pasien memahami dan menerima kondisi kesehatan yang sedang dialaminya.

2. Mencari dan Mendapatkan Informasi

Pasien yang memiliki ketrampilan atau kemampuan dalam mengetahui penyakitnya yang baik, mengetahui diagnosa gagal ginjal dan mengerti bahwa mereka harus menjalani hemodialisa. Dalam proses mencari informasi tersebut, pasien menggunakan media sosial.

Peran penting dari tenaga kesehatan sangat dibutuhkan dalam proses ini, dimana pasien harus menyaring informasi yang didapatnya dari media sosial tersebut apakah sudah sesuai atau tidak.

3. Mengaplikasikan Informasi yang Didapatkan

Pasien yang menjalani hemodialisa memahami, bahwa hemodialisa harus dilakukannya seumur hidup, dan kondisi tersebut dipahami oleh pasien sebagai suatu bentuk usaha atau ikhtiar agar mereka mampu meningkatkan kualitas hidup.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa memiliki kemampuan dalam mengetahui kesehatan yang baik, ditunjukkan dengan memiliki hubungan baik dengan tenaga kesehatan dalam mencari, menerima dan menyaring informasi serta memiliki perilaku yang baik dengan patuh dengan jadwal hemodialisa dan pembatasan cairan berperan penting dalam peningkatan kualitas hidup bagi pasien gagal ginjal yang menjalani hemodialisis




Referensi

Alemayehu, Y. H., Seylani, K., Sharifi, F., Asgari, P., Ghorbani, B., & Bahramnezhad, F. (2021). Relationship between health literacy and quality of life among hemodialysis patients, Tehran, Iran, 2019. Human Antibodies, 29(1), 41–47. https://doi.org/10.3233/HAB-200423

Alemayehu, Y. H., Seylania, K., & Bahramnezhad, F. (2020). The relationship between health literacy and quality of life among hemodialysis patients: An integrative review. In Human Antibodies (Vol. 28, Issue 1, pp. 75–81). IOS Press. https://doi.org/10.3233/HAB-190394

Bahadori, M., Najari, F., & Alimohammadzadeh, K. (2018). The relationship between health literacy and general health level of hemodialysis patients: A case study in iran. Nephro-Urology Monthly, 10(3). https://doi.org/10.5812/numonthly.66034

Rahmawati, B. A., & Rochmawati, E. (2022). Health literacy in patients undergoing hemodialysis: literature review. Bali Medical Journal, 11(3), 1620–1625. https://doi.org/10.15562/bmj.v11i3.3754


Ayo Para Lansia Segera Vaksinasi COVID-19 Biar Tubuh Selalu Sehat

LANSIA MELAWAN COVID|SAYANGI LANSIA|AYO LAWAN COVID


PENGANTAR

Jumlah kasus Covid-19 secara global terus meningkat sejak pertama kali dilaporkan. Menurut data yang di rilis WHO (2021) peningkatan kasus per 14 November 2021 mencapai 251.788.329 kasus, dengan kasus kematian 5.077.907. Berbagai cara untuk mengurangi penularan Covid-19 mulai dari cuci tangan dari air mengalir, memakai masker, menghindari kerumunan, menjaga jarak hingga pembatasan kegiatan. Pemerintah mulai mengencar program vaksinasi karena vaksin dianggap kunci utama untuk mengatasi pandemi Covid-19 (Sigalingging & Sherlly, 2021). Sasaran utama pemerintah adalah lansia karena kelompok lansia yang cukup rentan tertular penyakit dan sebagaian besar kematian Covid-19 terjadi pada usia 60 tahun keatas (Harianja & Eryando, 2021).

Kelompok lansia menjadi salah satu sasaran utama program pemerintah ternyata belum memenuhi target dari 21.553.118 yang baru vaksinasi pertama baru sekitar 10.849.366 (50,34%) dan vaksin ke dua baru sekitar 6.814.315 (31,62 %) (Kementrian Kesehatan RI, 2021). Banyaknya alasan diungkapkan lansia kenapa tidak mau vaksinasi diantaranya : 1) kurangnya sosialisasi program vaksinasi untuk lansia, 2) keraguan akan efektifitas vaksinasi, 3) keterbatasan fisik lansia untuk datang ke tempat vaksinasi, dan 4) kendala finansial, (Kemenkes, 2021).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sumarni & Sutantri (2022) lansia enggan melakukan vaksinasi dikarenakan lansia masih mengganggap Covid-19 adalah penyakit biasa saja serta lansia itu ragu melakukan vaksinasi dari efek samping vaksin serta penyakit komorbid yang dimiliki. Lansia yang mengganggap penyakit Covid-19 penyakit biasa dan tidak merasa khawatir akan adanya Covid-19 dikarenakan kurangnya sumber informasi yang didapat oleh lansia. Menurut penelitian Zhong et al, (2020) tenaga kesehatan adalah sumber informasi yang paling diandalkan oleh masyarakat, tetapi masyarakat kesulitan untuk mendapat informasi yang yang valid dan konsisten sehingga menjadikan keraguan dalam masyarakt untuk vaksin, jika sumber informasi yang didapatkan selalu jelas, valid dan konsisten diharapkan dapat membangun kepercayaan masyarakat terutama kelompok lansia untuk mengikuti program vaksinasi.

Hambatan lansia enggan melakukan vaksinasi dikarenakan takut efek samping dan takut terjadi komplikasi karena memiliki penyakit komorbid. Padahal menurut (Sigalingging & Sherlly, 2021) bahwa pemberian vaksinasi pada lansia dapat memberikan kekebalan terhadap tubuh dan mencegah terjadinya penularan.

Sesuai yang dianjurkan pemerintah melalui surat edar dengan no HK.02.02/I/368/2021tentang pelaksanaan vaksinasi untuk kelompok lansia dan penyintas Covid-19 bahwa lansia yang memiliki penyakit komorbid juga dapat melakukan vaksinasi dengan memperhatikan keadaaan lansia antar lain :

1. Pada kelompok lansia vaksin diberikan sebanyak dua dosis dengan interval 28 hari, sementara untuk lansia dengan penyakit penyerta seperti hipertensi, vaksin dapat diberikan jika tekanan darah dibawah 180/110mmHG.

2. Lansia dengan penyakit penyerta diabetes, vaksin dapat diberikan sepanjang tidak ada komplikasi akut.

3. Lansia dengan komorbid penyintas kanker dapat diberikan vaksin Covid-19.

Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwasa lansia enggan melakukan vaksinasi dikarenakan kurang informasi yang jelas, valid dan konsisten ditambah banyaknya informasi dan berita yang tidak jelas mengenai vaksin Covid-19 sehingga diperlukan pentingnya sosialisasi tentang vaksin Covid-19 yang harus dilakukan secara konsisten dari pusat hingga tingkat desa, peningkatan promosi melalui media baik secara digital maupun media promosi secara konvesional dengan cara membuat spanduk, baliho dan leaflet hingga kepelosok desa, guna mendukung program pemerintah dalam menyukseskan program vaksinasi sehingga diharapakan lansia tidak perlu takut melakukan vaksinasi karena dari hasil penelitian yang dilakukan bahwa vaksinasi aman dan baik untuk kesehatan diri lansia.


“Jadi tunggu apalagi mari para lansia untuk segera vaksin agar tubuh sehat dan mejadi kebal terhadap Covid-19"



Daftar Pustaka

Harianja, R. R., & Eryando, T. (2021). PERSEPSI KELOMPOK LANSIA TERHADAP KESEDIAAN MENERIMA VAKSINASI COVID-19 DI WILAYAH RURAL INDONESIA. PREPOTIF: Jurnal Kesehatan Masyarakat, 5(2), 775-783.

Kementerian Kesehatan RI. (2020). Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (Covid-19) Rev.V. Revisi V. . Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Kesehatan, K., & Who, D. (2020). Survei Penerimaan Vaksin COVID-19 di Indonesia.https://covid19.go.id/storage/app/media/Hasil%20Kajian/2020/November/vaccine-acceptance-survey-id-12-11-2020final.pdf

Sigalingging, I. M., & Sherlly, M. (2021). PEMBENTUKAN PERSEPSI LANSIA TENTANG VAKSINASI COVID-19 DI KABUPATEN MERAUKE. JURNAL SIGNAL, 9(2), 227-235.

Sumarni, R., & Sutantri, S. The Perception and Participation of the Elderly in the COVID-19 Vaccination Program: Literature Review. International Journal of Health Sciences, (IV), 259-266.

WHO. (2021). Coronavirus disease (COVID-19) outbreak situation 14 November 2021. Coronavirus disease (COVID-19) pandemic. Available at: https://www.who.int/emergencies/diseases/novel-coronavirus-2019.



Tips Mengatasi Kelelahan Pasien Hemodialisis


Hemodialisis merupakan pengobatan yang dapat menyelamatkan nyawa, meskipun demikian menyesuaikan diri untuk menjalani hemodialisis tidaklah mudah dan pasien mungkin berjuang untuk menghadapi banyak sekali tantangan fisik dan emosional. Memiliki perasaan seperti itu adalah normal, tetapi harus di ketahui juga bahwa penting bagi pasien untuk melawannya dengan cara mulai berpikir positif dan menjaga kestabilan tubuh akibat efek samping proses hemodialisis. Salah satu efek yang bisa terjadi yaitu kelelahan, baik fisik maupun mental sehingga dapat mencegah seseorang untuk produktif dan berpikir positif dan berdampak pada kualitas hidup pasien. Pada pasien hemodialisis ada banyak faktor yang menyebabkan terjadinya kelelahan, di antaranya adalah lamanya waktu hemodialisis, anemia, kurang istirahat dan kurang asupan gizi yang seimbang.

Cara Mengatasi Kelelahan

Kelelahan bisa berdampak lebih buruk pada tingkat kesehatan, oleh sebab itu, penting untuk segera mengatasi kelelahan agar tidak berlarut-larut. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, berikut adalah 5 cara ampuh mengatasi kelelahan pada pasien dialysis yang wajib dicoba:

1. Makan makanan yang sehat dan seimbang

Salah satu manfaat mengadopsi pola makan yang sehat dan seimbang sesuai anjuran diit pasien hemodialisis adalah meningkatkan pasokan energi dan meminimalkan terjadinya anemia pada pasien hemodialisis. Pastikan tubuh mendapatkan nutrisi yang cukup dan tepat dengan mengonsumsi makanan sehat dari berbagai kelompok makanan yang sesuai dengan ajuran diit hemodialisis dan menghindari makanan yang menjadi pantangan dalam pengobatan.

2. Aktivitas fisik ringan secara teratur

Aktivitas fisik yang dilakukan secara rutin dapat melepaskan endorfin yang secara alami mampu meningkatkan energi. Selain itu, aktivitas fisik yang rutin juga dapat memperbaiki kualitas tidur sehingga dapat mengurangi rasa keletihan pada pasien. Berdasarkan penelitian mengatakan bahwa aktivitas fisik secara teratur dapat mengurangi gejala kelelahan pada pasien hemodialisis.

3. Melakukan Back Massage (Pijat punggung Belakang)

Pijat punggung belakang dapat melepaskan hormon yang dapat menimbulan perasaan nyaman dan tenang sehingga dapat membantu pasien dialysis mengurasi rasa kelelahan akibat proses hemodialisis yang lama sekitar 5 jam dalam sekali tindakan. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh komariah dan Rochmawati (2022), kelelahan pada pasien hemodialisis dapat di atasi dengan melakukan pijat punggung belakang dengan tehnik yang mudah, aman, dan efektif dalam mengatasi kelelahan pada pasien hemodialisis.

4. Mengelola stres

Stres dapat membuat seseorang kelelahan fisik maupun mental, selain itu stres juga berdampak negatif pada pola tidur, sistem imun, dan kesehatan secara keseluruhan. Mengelola stres bisa dilakukan dengan berbagai cara mendengarkan Murottal Qur’an Ar-Rahman untuk mengelola stres, pada penelitian yang dilakaukan menjelaskan bahwa mendengarkan surah Ar-Rahman dapat mengurangi fikiran negatif dan dapat menciptakan perasaan nyaman danmenimbukan perasaan ketenagan pada pasien hemodialisis, (komariah dan Rochmawati., 2022).

5. Istirahat yang cukup

Istirahat yang cukup dapat mengurangi kelelahan secara fisik dan emosional dimana tubuh akan beristirahat dan mengurangi pemikiran-pemikiran negatif pasien akibat penyakit dan pengobatan yang sedang dilakukan. Istirahat juga dapat mengatasi kelelahan yang di akibatkan proses hemodialisis yang cukup lama.


Itu tadi beberapa tips mengatasi kelelahan berlebihan yang bisa terjadi akibat efek hemodialisis yang bisa di terapkan oleh pasien yang menjalani hemodialisis agar kondisi kesehatan tubuh dan mental tetap terjaga dengan baik, tidak ada salahnya melakukan pemeriksaan kesehatan lebih lanjut ke pelayanan kesehatan jika rasa kelelahan tidak kunjung membaik.



Daftar Pustaka

Ahmadidarrehsima, S., Mohammadpourhodki, R., Ebrahimi, H., Keramati, M., & Dianatinasab, M. (2018). Effect Of Foot Reflexology And Slow Stroke Back Massage On The Severity Of Fatigue In Patients Undergoing Hemodialysis: A Semi-Experimental Study. Journal Of Complementary And Integrative Medicine, 15(4). Https://Doi.Org/10.1515/Jcim-2017-0183

Komariah, A., & Rochmawati, E. (2022). The Effect of Listening to the Holy Qur’an and a Back Massage on Fatigue and Quality of Life for Participants Undergoing Hemodialysis: A Quasi-Experimental Study. Journals Of Religion and Health, doi: 10.1007/s10943-022-01664-9.

Twistiandayani, R., & Prabowo, A. R. (2021). Terapi Mendengarkan Murottalal-Quran Surat Al Fatihah Dan Surat Ar Rahman Terhadap Stres Kecemasan Dan Depresi Pada Pasien Ckd V Yang Menjalani Hemodialisis. Jurnals Of Ners Community, 12(01), 95–104.

Wati, L., Mawarti, I., & Keperawatan Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan, P. (2020). Pengaruh Terapi Murottal Al-Qur’an Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Pre Angiografi Koroner. In Jurnal Ilmiah Ners Indonesia (Vol. 1). Https://Www.Online-Journal.Unja.Ac.Id/Jini

Yunus, E. S., Rukanta, D., & Arismunandar, P. A. (2021). Pengaruh Mendengarkan Murottal Al-Quran Terhadap Penurunan Tingkat Stres Orang Dewasa. Prosiding Kedokteran, 7(1), 382–390. Https://Doi.Org/10.29313/Kedokteran.V7i1.26643