The Most/Recent Articles

Pre-Order novel Sepasang Juang: Tumbuh, Berteman, dan Belajar Bersama



Judul Buku    : Sepasang Juang: Tumbuh, Berteman, dan Belajar Bersama

Penulis            : Muhamad Syafiq Yunensa

Halaman         : 226 halaman

Harga              : 60.000

Stok                  : 100 Buku (Cetakan Pertama)

Free Pembatas Buku

Sinopsis

Aku mencintaimu pada setiap ruang kelas yang ada di sekolah alam raya"

"Sepasang Juang" mengisahkan tentang dua orang insan yang mencoba merajut harapan di atas luka masa lalu yang tak mereka sadari. Sepasang yang mencoba untuk tumbuh, berteman, dan belajar bersama di tiap peristiwa yang penuh mara bahaya. Mereka terus mencoba menjawab segala tanya dari setiap rasa yang membawa pada segenap asa, bahwa diam bukan pilihan tepat saat tanah yang kita pijak sedang tidak baik-baik saja.



Info dan Pemesanan: 087834433309 (Digdaya Book)

Terdidik dalam Nilai-Nilai Keberagaman Indonesia


 

Topik 3 membahas mengenai identitas maanusia Indonesia. Setelah merenungi dan menghayati materi mengenai identitas manusia Indonesia pada topik ini, penulis menyimpulkan bahwa istilah ini termaknai sebagai representasi Indonesia yng memiliki segudang keberagaman dari Sabang hingga Merauke. Manusia Indonesia disebut demikian sebab bangsa ini terdiri dari banyak kepingan budaya dan kehidupan sosial masyarakatnya. Perbedaan memang sebuah keniscayaan, kedatangannya bukan untuk dikotak-kotakkan namun saling mengisi agar terjadi harmoni yang indah dan selaras dalam bingkai warna-warni ragamnya.

Begitu pula dalam dunia pendidikan, keberagaman dalam tiap siswa adalah modal yang berharga bagi guru untuk mengerahkan pada arah gerak yang positif. Menilik kembali pada topik 1  (Perjalanan Pendidikan Indonesia), Ki Hadjar Dewantara telah sadar bahwa sejak lahir manusia telah dikarunia kodrat alam masing-masing; sifat, potensi, kelemahan dan kelebihan yang melekat secara alamiah pada tiap individu harus diperlakukan dengan hormat. Penghargaan setinggi-tingginya dengan mengakui keunikan tiap individu harus dijadikan modal pendekatan pengajaran yang mengakomodir. Selanjutnya kodrat zaman yang mencakup tuntutan zaman siswa harus mampu mengikuti perkembangan zaman yang bergerak dinamis ini. Guru sebagai tenaga pendidik yang bersinggungan langsung dengan siswa harus memahami konsep kodrat ini, agar tidak adalagi siswa yang dianggap tidak pintar sebab memang bukan hal tersebut yang menjadi keahliannya.

Pada topik 2 (Dasar Pendidikan Ki Hadjar Dewantara), Ki Hadjar Dewantara mencoba menyadarkan bahwa tujuan pendidikan seyogyanya menjadi jalan menuju kebahagiaan dan keselamatan baik sebagai manusia dan bagian dari anggota masyarakat. Guru sebagai pendidik (re:fasilitator) memoles dasar potensi yang ada dalam tiap-tiap individu bukan merubahnya. Kekuatan kodrat tersebut memerlukan penuntun, pengarah dan penyempurna serta pemberi teladan untuk membantu siswa hidup secara terdidik, terampil, berilmu sebagai bekal hidup agar ia mandiri di kehidupannya kelak. Sekali lagi KHD menegaskan pendidikan menciptakan ruang bagi siswa untuk bertumbuh secara utuh agar mampu memuliakan dirinya dan orang lain (merdeka batin) serta menjadi mandiri (merdeka lahir).

Ki Hadjar Dewantara juga menjabarkan budi pekerti sebagai motor penggerak keselarasan hidup yang berasal dari pikiran, perasaan, kehendak dan kemauan untuk menghasilkan sesuatu dari proses berpikir dan “merasa” tersebut. Budi pekerti dalam istilah KHD adalah perpaduan Cipta (kognitif), Karsa (afektif) hingga menghasilkan Karya (psikomotorik). Keselarasan ini dilatih melalui proses berpikir yng melahirkan kesadaran diri yang mengenali kekuatan yang ada pada diri siswa, kemudian akan terlatih dalam kelola kepribadian yang menyadari bahwa ia adalah bagian dari mahluk sosial yang hidup berdampingan bersama manusia lainnya, sehingga akan melahirkan keputusan atau usaha yang bertanggung jawab yang bukan hanya merdeka untuk dirinya namun juga mengusahakan kemerdekaan bagi orang lain.

Ki Hadjar dalam konsep Trilogi Ingarso Sung tulodo, ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani mengharapkan guru sebagai individu yang digugu lan ditiru menerapkan proses belajar dengan teknik sistem among. Sistem among adalah pendidik sebagai pengasuh dan pembimbing yang memberikan unsur asah, asih, asuh yang kuat agar siswa dapat berkembang dan bertumbuh secara merdeka, tidak terdidik jika masih menerapkan sistem perintah dan paksaan.

Nilai-nilai kemanusiaan seringkali luput dalam proses pendidikan yang menekankan hasil semata. Banyak siswa berbondong-bondong mengejar ketertinggalan nilai akademik semata sebab terpampang jelas tolak ukur kelulusannya. Nilai-nilai kemanuasiaan yang tidak jelas ukurannya apa, kadang tersisihkan dalam aspek pembelajaran. Namun dewasa ini, pendidikan Indonesia semakin berbenah setidaknya yang nampak dari ide segar kurikulum merdeka yang menekankan daya intelektual dan daya nilai kemanusiaan yang harus diterapkan dalam proses belajar. Setidaknya ada tiga hal hakiki mengenai nilai kemanusiaan khas Indonesia, yakni kebhinekatunggalikaan, nilai-nilai Pancasila dan religiusitas. Karakter kebhinekatunggalikaan tercermin dalam keberagaman siswaa yang terdapat di berbagai daerah di Indonesia. Budaya, suku, ras, etnik, bahasa dan agamaa menjadi sumber kebhinekaaan. Sedangkan nilai Pancasila  menjadi ruh dan jiwa Indonesia, nilai Pancasila menjaadi sumber pedoman dalam mengatur jalannyaa interaksi siswa dalam bermasyarakat, bernegara dan berbangsa multikultural. Dan yang terakhir sisi religiusitas menjadi penyeimbang antara nilai intelektual  yang berjalan sesuai koridor kemaslahatan manusia. Tanpa sisi religiusitas, modal pengetahuan tidak akan membawa kemajuaan peradapan dan kemaslahatan bagi manusia, sedangkan manusia berilmu akan berjalan tanpa arah jika tak punya pedoman beragama/religius.




Profil penulis

Solikhatun Khasanah dengan sapaan Ana, saat ini sedang menempuh studi PPG Prajabatan di Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Seorang pendidik yang aktif berpetualang, menyukai kegiatan sosial dan anak-anak, ia juga agak suka membaca dan menulis. Dapat dihubungi di media sosial instagram @annanisaca

Comrades Brebes Adakan Kegiatan Berbagi Takjil dan Buka Bersama


Salah satu Komunitas Punk, bernama Comrades Brebes berbagi takjil pada para pemudik dan masyarakat setempat. Puluhan anak muda tersebut melakukan aksi sosial tersebut di jalan raya depan Perum Koveri Ketanggungan, Brebes.


Takjil yang berjumlah lebih dari 400 buah ini dibagikan kepada warga yang melintas di jalanan. Aksi anak-anak punk tersebut tak ayal disambut baik oleh warga yang menerima takjil.



Oyot (24) selaku relawan dan Penggerak Comrades Brebes mengatakan, tujuan kegiatan ini adalah untuk mempererat solidaritas.

“Komunitas ini berdiri tahun lalu, namun mendapat antusias dan dorognan positif dari kawan-kawan, maka kami mengadakan bagi-bagi takjil dan buka bersama untik mempererat rasa solid  di internal kami dan antar sesama masyarakat sipil," ungkapnya.





Anggota Comrades Brebes, bernama Desi (23) mengungkapkan keresahannya terkait stigma negatif terhadap kaum Punk, padahal menurutnya Punk adalah bagian dari masyarakat, namun memiliki cara dan sudut pandang berbeda dengan masyarakat pada umumnya. 

"Punk bukan kriminal, juga tak wajib tatoan, mabuk, dan sebagainya. Punk adalah ekspresi menjadi diri sendiri dan berusaha bermanfaat dengan cara kami sendiri."


Seusai berbagi takjil, sebagai penutup adalah buka bersama dan sesi sharing antar anggota.

Keteduhan Hati Aera

 


Syaera Alfa Alzaena, seorang gadis yang kini duduk di bangku salah satu SMP yang ada di Kota Bogor. Aera, ia dipanggil Aera oleh teman-temannya, bertubuh mungil dan tingkahnya yang masih seperti anak kecil. Namun, rasa kepedulian yang begitu besar membuat kenyamanan temannya untuk menjadi sahabat Aera. Aera tinggal tak jauh dari sekolah, ia pun tidak begitu manja pada ayah-bundanya.

Aera masih tidur dengan lelapnya ketika matahari mulai terlihat di ufuk timur. Tak lama kemudian suara wanita yang selalu bersama Aera  terdengar di telinganya, hingga ia terbangun.

“Bangun,sayang..... “ Suara yang setiap hari ada, tentunya dari bunda Aera.

Aera langsung terbangun dan bersiap-siap untuk pergi ke sekolah, dengan langkahnya yang tak bersemangat  Aera menuruni satu persatu anak tangga dirumahnya.

“Anak ayah yang cantik sepertinya belum sarapan, Bun? goda ayahnya pada Aera.

“Iya, Yah... Kan dia baru bangun” jawab bunda Aera. Aera hanya melirik dan sedikit menyapa ketika hendak duduk bergabung di meja makan.

“Pagi, Yah, bund...” sapa Aera sembari mengambil sebuah roti yang sudah disiapkan  bundanya.

“Pagi, Sayang,” jawab ayah Aera.

“Aera, hari ini pulang sore? “ tanya bunda pada putrinya.

 “Nggak Bun, Aera pulang seperti biasa” jawabnya.

“Ayah akan pulang terlambat hari ini, Bun, karena ada meeting dan beberapa hal yang harus ayah kerjakan di kantor,” ujar ayah.

“Iya, Mas, jangan lupa makan yah,” nasehat bunda.

Selesai sarapan pagi Aera langsung berpamitan kepada bundanya dan masuk ke dalam mobil ayahnya.

Dalam perjalanan Aera bertanya pada ayahnya “Yah, setelah Aera lulus dari SMP, Aera boleh tidak langsung bekerja?”

Kenapa  kamu ingin bekerja sayang?” tanya balik ayah pada Aera.

“Aera pengen punya usaha sendiri yah,” jelas Aera.

“Sayang, sebuah usaha juga bisa dilakukan oleh pelajar asalkan bisa berusaha dan komitmen pada apa yang iya jalankan, ayah harap kamu bisa menempuh pendidikan yang lebih baik, cita-cita kamu pengusaha kan? Seorang pengusaha harus punya skill yang bisa dipercaya. Kunci dari kamu mendapat kepercayaan ya kamu harus jujur” nasehat ayah.

 “Baik, Yah,” jawab Aera.

 “Semangat dong anak ayah yang cantik” ucap ayah dengan senyuman dan pelukan hangat.

Aera pun tersenyum, ia turun dari mobil dan menunggu ayahnya beranjak, lalu ia baru masuk ke sekolah.

Disekolah Aera menyapa teman-temanya yang berada di halaman depan kelasnya, Aera pun bergabung bersama Rafa, Ajeng, dan Humaeroh. Tiga sahabatnya yang selalu riang dalam perjalanan SMP-nya. Tak lama kemudian bel sekolah berbunyi, pertanda semua murid harus masuk kelasnya masing-masing. Pembelajaran dimulai dengan asupan matematika di pagi hari. Hampir sehari Aera mengikuti pembelajaran dengan baik, akhirnya yang dinantikan pun tiba yaitu jam selesai belajar. Namun saat  pulang sekolah, hujan turun dengan sangat deras membuat keriuhan siswa-siswi di halaman sekolah.

“Aera kamu bawa payung nggak?” tanya Ajeng yang sudah membuka payungnya dan hendak beranjak pulang.

“Aku bawa, Jeng, ada kok di dalam tas” jawab Aera.

“Aku duluan ya, Ra...” sahut Ajeng.

“Ya, hati-hati, Jeng.” Karena tadi pagi ayahnya sudah bilang akan pulang terlambat, jadi Aera harus pulang sendiri dengan berjalan kaki. Dengan payung pinknya yang lucu Aera menelusuri perjalanan dengan bernyanyi riang dan langkah kaki yang tak terlalu cepat. Namun, nyanyian dan langkahnya terhenti ketika Aera melihat rumah kumuh yang sudah tak layak untuk dihuni. Terlihat ada seorang ibu dan anaknya yang  masih kecil, sedang berteduh di bawah pohon di sekitar rumah itu, karena rumah gubuk mereka seperti hendak roboh.   Aera mendekati mereka dan memberi payung Aera kepada mereka

“Pakai payung ini, Bu, mungkin bisa  membantu.” Aera menawarkan bantuan pada mereka.

 “Terima kasih, Nak, tapi kamu nanti kehujanan,” jawab ibu itu.

“Tidak apa-apa, Bu,  Aera bisa lari, rumah Aera pun sudah tak jauh lagi dari sini” jelas Aera.

“Terima kasih banyak, Nak,” kata ibu itu sambil menggigil. Aera tak tega melihat ibu dan anaknya itu, sehingga Aera berfikir untuk mengajak mereka ke rumahnya.

“Ibu, maukah ikut bersamaku? Ke rumah sambil menunggu hujan berhenti”  ajak Aera.

terlihat raut wajah ibu kebingungan serambih melihat anaknya yang masih kecil dalam pelukannya, hingga ia pun menganggukan kepala menandakan ia setuju akan ajakan Aera.

Di rumah Aera sudah ada bunda yang menantikan putri mungilnya itu, dengan wajah cemas melihat Aera basah kuyup sambil menuntun seorang ibu yang tampilannya cukup kusam bunda Aera  langsung mengambilkan handuk untuk mereka.

“Aera sayang, cepat kamu mandi ya nak agar tidak masuk angin” perintah bunda.

“iya, Bun. Bunda... Aera tadi berjumpa dengan ibu ini tak jauh dari pemukiman rumah kita “ jelasnya pada bunda.

“Mari masuk...” ajak bunda pada ibu dan anak itu dengan ramah.

Di ruang tamu seusai Aera, ibu, dan anak kecil itu membersihkan badanya bunda Aera memberi susu hangat  pada mereka sambil berkata “siapa naman ibu?

”Nama saya Neny dan ini anak saya, Akhmad” jelas Bu Neny. Pembincangan terjadi antara bunda dan Bu Neny.

Bu Neny menceritakan asal muasal mengapa ia bisa tinggal di gubuk itu, ia ditinggal oleh suaminya yang menghilang dua tahun lalu entah kemana. Setelah hujan berhenti, tidaklah lama, Bu Neny bergegas meminta pamit pada bunda Aera. Bunda Aera membawakan bekal makanan dan satu kardus mie instan.

“Terimakasih, Bu, Aera, atas bantuannya. Saya dan Akhmad harus pulang melihat rumah kami,” pamit Bu Neny.

“Aera antar ya bu” sahut Aera. “Bolehkan, Bun?”

“Boleh, Sayang, tapi selesai itu kamu langsung pulang ya... pinta bunda.

* * *

Malam pun tiba, bintang bersinar sangat terang membuat keindahan langit hitam bertambah. Namun, Aera yang masih mengingat kejadian sore tadi saat ia bertemu Bu Neny dan putranya, ia masih merasa iba akan mereka. Rumah mereka yang hanya seukuran kamar Aera, seakan hendak roboh sebentar lagi.

“Aera...”panggil ayahnya yang menghentikan lamunan putrinya itu.

“Iya, Yah...” sambil mendekati kursi yang ada di dekat ayah.

“Ayah perhatikan kamu sedang memikirkan sesuatu, Nak, coba ceritakan pada ayah apa yang kamu pikirkan?”

Aera terdiam ia bingung bagaimana untuk menceritakan apa yang ia pikirkan saat ini

“Tidak, Yah. Aera hanya mengantuk, selamat malam, Yah, Bunda...”

Keesokan harinya, seperti biasa di pagi hari Aera selalu berangkat sekolah dengan ayahnya. Sepulang dari sekolah ia bergegas ingin menemui Bu Neny, sebelum itu Aera membeli makanan dan beberapa mainan dari uang tabungannya. Sesampainnya di rumah Bu Neny, Aera bermain bersama akhmad dengan penuh riang gembira, Aera ingin, setidaknya mereka tidak merasa sendirian dan tidak punya saudara di dunia ini.

Aera memiliki impian untuk bisa membantu Bu Neny dan Akhmad suatu saat nanti, benar apa yang pernah ayah sampaikan, seorang pelajar juga bisa mempunyai usaha asalkan komitmen dan mau bekerja keras. Aera punya ide untuk belajar membuat donat dan gorengan bersama Bu Neny, ia menggunakan uang tabungannya sebagai modal dan nantinya akan menggunakan sistem bagi hasil. Ya, setidaknya itu bisa meringankan beban Bu Neny dan Putranya, saat malam Bu Neny bekerja sebagai pemulung, siangnya jualan donat & gorengan.



* Shopwatunnisa Ajeng Kartini, mahasiswi semester 2 di IAIN Syekh Nurjati Cirebon Prodi Pengembangan Masyarakat Islam. Tertarik baca cerpen dan novel, aktif di komunitas Pustaka Ceria dan Kru Magang di LPM Fatsoen IAIN SENJA Cirebon

Pre-Order Buku Rumpun Kisah Mahasiswa (Antara Uang, Juang, dan Idealisme)



Judul Buku    : Rumpun Kisah Mahasiswa (Antara Uang, Juang, dan Idealisme)

Penulis            : Marwan Aldi Pratama

Halaman         : 116 halaman

Harga              : 50.000

Stok                  : 100 Buku (Cetakan Pertama)

Free Pembatas Buku

Sinopsis

Buku "Rumpun Kisah Mahasiswa: Antara Uang, Juang, dan Idealisme", pembaca disuguhkan dengan kumpulan cerpen yang menggambarkan perjalanan mahasiswa dalam menghadapi tantangan dan menemukan makna di tengah pergulatan kehidupan. Setiap cerpen menghadirkan konflik internal, dilema moral, dan pertarungan melawan sistem dengan gaya penceritaan yang khas. Dalam setiap halaman, pembaca akan terinspirasi untuk merenungkan arti pentingnya perjuangan, keberanian, dan solidaritas di masa-masa muda. Ini adalah sebuah perjalanan emosional yang menyentuh hati dan menggugah jiwa, menyoroti peran penting mahasiswa dalam membentuk masa depan yang lebih baik.


Info dan Pemesanan: 087834433309 (Digdaya Book)

Rahasia Tersembunyi di Balik Tawa


Dalam sebuah rintangan yang dilewati tak akan sia-sia jika berusaha. Ikhtiar dan berdoa pendamping dalam hal kesuksesan. Suatu hal yang dianggap remeh tak akan membuat hati ini merasa rendah. Hasil dalam sebuah rintangan untuk membungkam mulut jahat seseorang adalah hal yang terkadang diinginkan.

Di suatu pagi yang mungkin akan indah, seorang wanita yang sangat senang saat bergegas ke kampus, perkenalkan namanya Aruna salah satu mahasiswa di Semarang. Aruna adalah gadis yang cantik dengan mata coklat dan bulu mata lentik, alis tebal, bibir pink dan hidung yang tidak terlalu mancung. Impian yang sangat diinginkan oleh Aruna yaitu bisa menjadi mahasiswa. Dengan takdir dan usaha yang dilakukan Aruna, dia pun menjadi mahasiswa di salah satu universitas Semarang sesuai apa yang diinginkan. 

Namun, semangatnya tiba tiba hilang karena saat aruna berjalan kaki menuju halte bus, ada seorang ibu ibu yang datang menghampiri, dan ternyata ternyata ibu itu adalah Bu Yanti tetangga Aruna. 

Meh menyang ngendi to, Run? Esuk esuk kok wes ayu ne pol” ucap bu Yanti sambil berjalan ke arah Aruna.

Kulo ajeng teng halte bus, Bu. Ajeng tindak kuliah, njenengan ajeng teng pundi?” Aruna menjawabnya dengan semangat dengan harapan dapat pujian.

Halah, Run.... Run, ngopo to cah wedok kuliah, ngentek ngentekke duit, akhire yo neng dapur” jawab Bu Yanti dengan nada yang tak suka dan pergi begitu saja.

Aruna pun menghembuskan napas panjang, sangat jauh dari ekspektasinya, walaupun tidak terlalu memikirkan kata Bu Yanti tadi, namun tetap saja tidak dapat dipungkiri bahwa ia masih memikirkan perkataannya. Tidak lama kemudian, bus yang sudah aku tunggu akhirnya datang, Aruna masuk ke dalam bus dan duduk di kursi paling belakang. Di perjalanan, ucapan yang di lontarkan Bu Yanti tadi semakin membuatnya overthinking, ia terus bertanya tanya   “apakah benar yang di katakan Bu Yanti?” “apa perempuan tidak bisa jadi seseorang yang sukses?” “apa perempuan tidak boleh mengejar cita-citanya?” “apakah seorang Perempuan tidak bisa memiliki sebuah jabatan?” “apakah hanya laki laki yang bisa mendapatkan semua itu?” 

Pertanyaan itu terus berputar di kepala Aruna, hingga tanpa sadar ia sudah sampai di universitasnya. Ini adalah kuliah pertamanya, jadi Aruna memilih untuk mengabaikan omongan Bu Yanti dan tetap fokus kepada tujuannya. Ia tetap semangat melanjutkan hari-hari kuliahnya. 

Selama menjalani kuliah, Aruna termasuk mahasiswa yang terkenal aktif, dia mengikuti beberapa organisasi yang ada di kampus. Selain dia aktif organisasi, Aruna juga mahasiswa yang cerdas dan aktif pembelajaran di kelas. Aruna sering mengikuti ajang lomba dari Tingkat nasional dan internasional.

Banyak medali dan penghargaan yang sudah Aruna dapatkan. Dari basic dan skill yang Aruna miliki, Aruna lebih mendalami bidang jurnalis. Dia mendalami bidang jurnalis karena termotivasi Sang Idola yang sangat terkenal yaitu najwa shihab. Bahwa najwa shihab pernah berkata, “Perempuan jangan ragu menunjukkan ambisi. Tidak salah menunjukkan ambisi."

Najwa Shihab menyebutkan jika Perempuan hebat adalah mereka yang bekerja keras, punya ide berlian, berani merubah diri, dan memiliki empati. Dari situlah Aruna termotivasi untuk tetap bersemangat dalam menjalani kuliah dan tujuan cita-citanya. Bahwa mencapai sebuah kesuksesan tidak semudah seseorang membalikkan telapak tangan. Dia harus bertengkar oleh waktu, pikiran, hinaan, kritikan yang akan didapatkan. Hal hal yang entah membuat serasa putus asa selalu menghampiri. Sosok orang terdekat yang dulunya menjadi sosok yang selalu mengsupport pergi menjauh entah kemana. Masa depan yang harus di kejar untuk memenuhi kebanggaan terhadap orang tua.

Sesekali Aruna merasa putus asa, dengan cobaan yang dilaluinya. Hinaan yang dilontarkan oleh seseorang hanya karena aruna lebih unggul darinya. Sebuah ejekan yang di dapatkan namun sebuah kebangkitan juga yang di dapatkan. seorang mahasiswa dituntut untuk menjadi seorang yang dewasa dan mandiri. Menjadi mahasiswa ternyata tidak semudah yang di bayangkan Aruna dari awal, aruna harus membagi waktu untuk mengerjakan tugas dan keaktifan Aruna di luar kampus. Perjalanan Aruna tidak selalu mulus. Ada saat-saat Ketika ia meragukan dirinya sendiri, terutama saat kegagalan yang ia alami. Tantangan muncul Ketika aruna memutuskan untuk pulang kerumah saat liburan semester tiba. Saat Aruna di rumah, Aruna mendapatkan sebuah lontaran kata dari Bu Yanti untuk kedua kalinya yang membuat Aruna putus asa untuk kesekian kali.

Bu Yanti berkata “pie, Run kuliahmu? Wes dadi opo awakmu? Opo wes dadi pejabat awakmu? Opo seng iseh trimo nganggur? Anakku lo wes duwe bojo sugeh, wes duwe omah dewe, wes duwe mobil dewe neng ndi ndi orak mlaku lan orak numpak bus terus.

Ngapuntene nggeh bu kulo mboten sehebat putrine njenengan” jawab Aruna

Iyolah, kuwi kan anakku, anak didikanku, orak perlu kuliah nanging tetep sugeh lan iso banggakke wong tuane,” ujar Bu Yanti.

Aruna meninggalkan Bu Yanti tanpa menghiraukan perkataannya. 

Setelah liburan selesai, Aruna pun Kembali untuk melanjutkan kuliahnya, tidak seperti dulu yang selalu memikirkan kata kata hinaan dari orang lain, tetapi sekarang aruna lebih menjadikan kata kata tersebut sebagai motivasi, dan dia lebih fokus terhadap tujuan kuliahnya. Waktu terus berjalan tanpa di sadari, Aruna telah menyelesaikan kuliahnya. Aruna menjadi mahasiswa lulusan terbaik. Setelah Aruna lulus, ia mendapatkan pekerjaan yang mapan sebagai seorang jurnalis yang terkenal dan sering diundang di acara TV sehingga dapat memotivasi banyak orang. Dia sering memotivasi bahwa Perempuan berhak mempunyai tujuan, perempuan berhak mempunyai keinginan dalam meraih cita citanya, perempuan berhak sekolah tinggi walaupun pada akhirnya menjadi ibu rumah tangga dan berakhir di dapur, lalu apa salahnya? Apakah salah menjadi ibu yang cerdas? justru dengan kita berpendidikan tinggi, kita dapat melahirkan anak anak yang berkualitas karena didikannya.

Seorang perempuan tidak hanya dipandang untuk menjadi seorang ibu rumah tangga saja. Sekolah yang tinggi salah satu pilihan yang sangat bisa dimiliki oleh seorang perempuan. Kewajiban perempuan memang mengurus anak dan suami, namun perempuan juga bisa bekerja untuk membantu ekonomi rumah. 

Saat orang merendahkanmu, ingatlah bahwa mereka tidak bisa menghalangi langkahmu ke arah kesuksesan. Biarkan hasil kerjamu dan dedikasimu yang berbicara, bukan kata-kata mereka yang merendahkan. Terkadang, langkah pertama menuju kesuksesan adalah dengan mengejutkan orang lain dengan kemampuan kita, bahkan ketika mereka merendahkan kita.