Tafakkur Gen Z

 


Dahulu kala, Nabi Adam AS diturunkan ke bumi karena melanggar perintah Allah untuk tidak menyantap buah khuldi. Kemudian beliau berdoa dengan doanya yang masyhur di telinga kita “Robbana dholamna anfusana, wailam taghfirlana watarhamna lana kunnana minal khosirin” (Q.S. Al-A’rof (7):23), dan dosa-dosanya diampuni oleh Allah Azza wa Jalla.

Tetapi sesungguhnya, Nabi Adam diturunkan ke Bumi bukan hanya karena beliau membangkang perintah Allah atau hanya sebagai konsekuensi dari Allah semata karena nabi Adam menyantap buah khuldi. Nabi Adam dan kita sebagai Manusia yang merupakan keturunannya diciptakan oleh Allah untuk beribadah kepadanya “Wama kholaqtul jinna wal insa illa liya’budun” (Q.S. Adz-Dzariyat (51):56)” dan juga untuk menjadi “khalifatullah fil ard” atau pengelola bumi, sebagaimana yang Allah firmankan “waidz qola robbuka lil malaikati innii jaa ilun fil ardi kholifah” (Q.S. Al-Baqarah (2):30). 

Kita sebagai Manusia diberikan kemampuan dan sumber daya untuk mengelola bumi ini secara efektif, kemampuan tersebut bermacam-macam seperti akal pikiran,intuisi,imajinasi,empati dan lain sebagainya. Dengan kemampuan yang merupakan anugerah dari Allah ini, kita ditugaskan dan diberi tanggung jawab oleh Allah untuk menjadi “Abdullah” dan “Khalifatullah” yakni untuk beribadah dan mengelola bumi dan segala isinya sebagaimana yang telah disebut dalam surah al-baqarah dan adz-dzariyat diatas.

Oleh sebab kemampuan tersebut itulah, kita menjadi tidak sama dengan hewan. Hewan tidak diberi kemampuan untuk berpikir,menelaah,berempati seperti Manusia, hewan diciptakan oleh Allah untuk memenuhi hajat-hajat kita sebagai Manusia pengelola Bumi, sebagaimana yang Allah firmankan dalam Q.S. Yasin:72 “Wadzalalna lahum faminha rokubuhum waminha ya’kulun”.

Allah menundukkan hewan-hewan untuk kita, sebagian jadi modal transportasi dan sebagian lain untuk bahan konsumsi. Lihatlah struktur fisiologis kuda contohnya, bukankah sangat cocok untuk dijadikan moda transportasi? Kekuatannya untuk berjalan dan berlari, bahkan sampai ada ungkapan majas personifikasi “tenaga kuda” untuk menggambarkan tenaganya yang kuat. Mulai dari Khalid bin Walid,Napoleon Bonaparte, Lu Bu, sampai Rakyat biasa menjadikan kuda untuk moda transportasi, mulai dari untuk kebutuhan peperangan sampai transportasi sehari-hari.

Kita ambil contoh lain, unta misalnya. Pernahkah kita bertanya-tanya mengapa unta sangat umum dan bahkan hanya berpusat (paling banyak) di daerah berpadang pasir dan bersuhu tinggi? Unta mampu mengangkut beban seberat 90 kilogram sembari berjalan 32 kilometer di gurun yang panas. Bayangkan betapa tersiksanya orang pada masa lalu yang hidup di daerah semacam itu ketika ingin berkelana jauh ke negeri seberang tanpa adanya Unta? Berjalan? Tidak mungkin dan tidak ada Manusia yang mampu mengembarai gurun pasir yang luas tersebut dengan beradmembawa beban 10 kilogram saja misalnya bukan? Yang paling mungkin berdasarkan takaran rasional kita adalah berakhir menjadi fosil di gurun pasir. Selain itu, unta dan kuda pun bisa kita manfaatkan dagingnya dan susunya sebagai bahan konsumsi , dan bisa juga kita manfaatkan untuk berbagai produk lainnya yang bisa dimanfaatkan untuk kebaikan dan keberlangsungan hidup. Sungguh, Allah maha baik karena telah menggandakan manfaat atas sesuatu untuk kita. Maka bersyukurlah! Karena Allah akan menambahkan nikmatnya ketika kita bersyukur (Q.S. Ibrahim:7).

           Contoh lain, mengapa Allah memberi nilai gizi terhadap hewan-hewan semisal sapi, ayam, ikan, kambing dalam berbagai bentuk? Mulai dari makronutrisi seperti protein dan lemak hingga mikronutrisi seperti vitamin dan amino acid? Tidak lain dan tidak bukan karena zat gizi tersebut akan memberi manfaat yang sangat besar bagi tubuh kita. Bahkan bisa dikatakan, zat gizi tersebut merupakan zat pembangun tubuh kita untuk tetap hidup. Protein berfungsi untuk membentuk otot dalam tubuh kita, lemak berfungsi sebagai alat untuk membantu proses penyerapan zat gizi dalam tubuh dan juga untuk membantu menjaga kesehatan rambut dan kulit, dan juga berbagai zat lain dengan fungsinya masing-masing.

Hal yang sama juga berlaku bagi tumbuhan. Beras berasal dari padi yang mengandung karbohidrat yang berfungsi sebagai sumber energi utama dalam hidup kita, pun berbagai jenis tumbuhan yang mengandung karbohidrat dan serat yang bisa kita manfaatkan seperti kentang,ubi,singkong,bayam,kangkung dan lain sebagainya. Dan bahkan yang lebih menarik lagi, Manusia suka memanfaatkan berbagai unsur tanaman dan hewan sehingga menjadi satu jenis hidangan, seperti menggunakan bawang putih dan bawang merah, kangkung, terasi udang,tomat dan lain sebagainya yang kemudian diolah, jadilah tumis kangkung. Kencur,daun salam,ayam kampung,garam,sereh disatu padukan, jadilah ayam goreng. Lihatlah betapa cerdasnya Manusia dalam mengelola alam semesta! Bahan makanan dari air,tanah,udara (bukan bagian dari scene kartun avatar) dikelola menjadi satu jenis hidangan yang bisa dinikmati. Bayangkan betapa tersiksanya kita kalau harus makan kangkung mentah setiap hari! Menyemili bawang putih,bawang merah, dan garam setiap hari!

Kita mungkin akan iri apabila menonton singa memakan mangsanya dengan lahap di channel Nat Geo. Oleh karena kecerdasan inilah, manusia diberi tugas untuk mengelola alam semesta. Maka ketika besok-besok kamu masuk ke warteg dan ingin makan, jangan lupa ucapkan syukur kepada Allah atas kecerdasan yang Allah beri kepada Manusia,  dan pujilah mbak atau mas yang menjaga warteg tersebut atas kecerdasannya, barangkali kamu diberi bonus tambahan gorengan,sambal, atau es teh manis atau bahkan seporsi nasi dengan lauk lengkap he he he.

Kalau hewan dan tumbuhan memiliki berbagai manfaat untuk kita gunakan sebagai bahan konsumsi dan juga untuk berbagai keperluan lainnya, maka mengapa Allah menciptakan hewan dan tumbuhan yang dilarang untuk dikonsumsi? Mengapa Allah menciptakan hewan dan tumbuhan yang tidak bisa kita konsumsi? Apa fungsinya hewan dan tumbuhan tersebut?. Sekarang mari kita berpikir bersama.

Kita dihalalkan untuk mengonsumsi daging kambing dan juga memanfaatkan susunya, tapi mengapa kita tidak suka dan tidak mempunyai dorongan naluriah untuk mengonsumsi rumput liar (adakah Manusia yang hobi makan rumput liar?), kita dipersilahkan mengonsumsi ikan dan berbagai jenis seafood lainnya yang halalan thoyyiban, tapi mengapa kita tidak punya dorongan naluriah untuk meminum air laut walaupun garamnya bisa kita manfaatkan? Kita diperbolehkan mengonsumsi berbagai buah-buahan dan sayur-sayuran, tapi adakah diantara kita yang terpikir untuk mengonsumsi tanah atau pupuk kandang? Itu karena Allah menjaga dan memelihara mahluk-mahluk ciptaannya dengan memberinya makanan yang cocok sesuai jenis hewannya, memberikan habitat yang pas bagi hewan dan tumbuhan sesuai kriteria dan daya ketahanannya masing-masing.

Tanaman jagung tidak cocok ditanam di dataran tinggi, kelapa tidak akan tumbuh apabila ditanam di daerah pegunungan, beruang kutub tidak akan survive apabila disuruh hidup di daerah pantai dan berbagai contoh lainnya lagi yang kamu bisa temukan sendiri dengan proses bernalar. Mengapa ada yang namanya proses rantai makanan? Apa hikmahnya rantai makanan?  Allah menjaga keseimbangan alam semesta dengan menciptakan rantai makanan, ada proses mengonsumsi-dikonsumsi yang apabila kita analisis dengan cermat membawa keseimbangan di alam semesta. Tikus dikonsumsi oleh ular, bayangkan ular tidak ada? Jumlah populasi tikus akan meningkat drastis, semakin banyak tikus di lingkungan kita yang akan berimplikasi pada buruknya kualitas kebersihan lingkungan kita, akhirnya kita terkena penyakit. Bayangkan tidak ada elang pengurai? Jumlah ular akan meningkat dan bisa membawa mudhorot yang besar bagi manusia dan juga bagi alam semesta.

Allah menciptakan alam semesta dengan hewan dan tumbuhan yang menempatinya yang akan kita manfaatkan dengan penuh keseimbangan. Inilah bukti rahman dan rohimnya Allah kepada alam semesta, Allah tidak sekedar menciptakan itu dan meninggalkannya begitu saja. Tetapi, kita sebagai Manusia malah terkadang merusak  alam semesta itu sendiri, hutan dibabat habis demi kepentingan pribadi dan korporasi, hewan-hewan kehilangan habitatnya, laut penuh dengan limbah sampah plastik, sungai tercemar oleh limbah kimiawi pabrik.

 Apakah ini sifat Manusia yang manusiawi? Seorang muslim yang mengerti konsep islam dengan baik tidak akan merusak alam semesta, karena mereka sadar bahwa mereka diciptakan untuk mengelolanya dengan baik, seorang muslim yang paham konsep islam dengan baik akan menjadi rahmat bagi alam semesta dengan segala isinya mulai dari hal yang terkecil seperti membuang sampah pada tempatnya sampai ke hal yang lebih besar dari itu. Muslim yang islam akan menjadi manusia yang manusiawi, karena pada dasarnya, islam itu memanusiakan manusia, apabila ada orang islam yang menciptakan kerusakan baik dari aspek alamiah,sosial dan lain sebagainya, maka sesungguhnya ia menyia-nyiakan anugerah kemanusiaannya sendiri dan menunjukkan ketidak-pahamannya terhadap konsep islam itu sendiri. Maka hendaknya ia belajar memahami hakikat kediriannya dan agamanya sendiri dengan cara menuntut ilmu.

Posting Komentar