Belajar dari Presiden Park Chung Hee: Tokoh yang Membawa Korea Selatan Lepas dari Ketergantungan Negara Maju

 


Pembukaan

Sekarang ini, Korea Selatan sering disebut sebagai salah satu negara maju di dunia, karena ekonomi mereka sangat tumbuh setiap waktunya. Hal itu dikarenakan, Korea Selatan berhasil menjadi salah satu negara industri modern yang kekuatan ekonominya diperhitungkan oleh dunia, dan itu semua terjadi dalam waktu yang singkat. Padahal sebelum 1948, Korea masih menjadi salah satu negara jajahan Jepang. Belum selesai disitu, karena setelah merdeka, Korea Selatan juga masih harus berkecamuk dengan berbagai perang dan konflik internal, dimana mereka ada perang saudara dengan Korea Utara. Bahkan pada tahun 1950-an Korea Selatan menjadi salah satu negara termiskin di Asia. Hal ini kita dapat lihat pada data tahun 1955 milik World Bank, dimana GDP perkapita Korea Selatan hanya berada di angka US$ 64 dengan nilai eksport US$ 42 juta. Majalah Time juga menggambarkan keadaan Korea Selatan di masa itu lebih buruk dari Irak, Liberia, dan Zimbabwe. Oleh karena itu, Korea Selatan bisa dibilang sangat terbelakang pada masa itu.

Keadaan di tahun 1950 itu berbanding jauh dengan tahun 2005. Dalam selang waktu kurang dari 50 tahun itu, Korea Selatan telah berubah menjadi negara yang memiliki ekonomi raksasa. Korea Selatan juga menjadi negara di peringkat pertama dalam industri pembuatan kapal, peringkat ketiga dalam industri ban, dan peringkat keenam dalam industri baja dan besi. Negara ini juga menjadi negara dengan peringkat ke-12 pada aspek normalnya PDB, tingkat pengangguran yang cukup rendah, dan pendistribusian pendapatan yang merata.

 

Pembahasan

Pertumbuhan ekonomi Korea Selatan tidak terlepas dari peran Park Chung Hee. Park Chung Hee memulai karirnya dibidang militer ketika masa kependudukan Jepang di Korea Selatan. Lalu ketika Korea Selatan merdeka, Ia bersama rekannya melakukan kudeta militer untuk menjatuhkan pemerintahan dadi Presiden Syngman Rhee yang terkenal korup dan otoriter. Presiden Park yang sebagai seorang mantan militer, tertarik untuk menciptakan keadaan yang stabil untuk Korea Selatan, membangun perekonomian dan juga memperkuat pertahanan nasional. Park Chung Hee melakukan modernisasi ekonomi melalui ideologi "ishin" atau dikenal dengan nama revitalisasi. Ia membuat pemerintahan bertumpu pada kekuatan tentara, birokrasi, dan teknokrasi. Untuk membalikkan keadaan ekonomi Korea Selatan. Saat itu Park Chung Hee mengambil beberapa langkah. Langkah yang pertama yaitu membuka hubungan diplomasi dengan negara Jepang agar mengundang arus penanaman modal asing (PMA) dan mendapat bantuan ekonomi serta teknisi dari negara tersebut. Kedua, mengambil sikap mengalah terhadap ikut campur Amerika Serikat di semenanjung Korea, yaitu agar mendapat pengakuan dan dukungan politik Blok Barat. Park Chung Hee juga menerima saran untuk meningkatkan usaha-usaha ekspor terutama industri manufaktur ke negara-negara berkembang.

Pemerintah membentuk Economic Planning Board (EPB) yang nantinya bertanggung jawab atas Repelita (Rancangan Pembangunan Lima Tahun). Program Repelita disusun dalam empat tahap yang baru dimulai pada tahun 1962. Tahap pertama dan kedua difokuskan untuk pembangunan industri. Tahap ketiga (1972-1976) difokuskan untuk menciptakan keseimbangan antara pembangunan industri dan pertanian. Kemudian tahap keempat (1977-1981) adalah pembangunan ekonomi secara mandiri dan pemerataan hasil pembangunan ke seluruh Korea Selatan. EPB membuat rancangan target dari semua variable terpenting yang ada di dalam ekonomi, termasuk investasi, konsumsi, tabungan, ekspor-impor, serta distribusi dari sektor industri.

Presiden Park Chung Hee juga berperan aktif dalam mengarahkan sektor swasta khususnya chaebol agar mewujudkan agenda pembangunan yang telah disusun. chaebol adalah tenokrat atau oligarki asal Korea Selatan saat itu yang menguasai banyak industri. Pemerintah saat itu memberikan kemudahan dalam perkreditan bagi para eksportir. Selain itu, Korea Selatan berhasil untuk mendapatkan pinjaman luar negeri dari Jepang dan Amerika Serikat. Di tahun 1970-an pemerintah juga memberi prioritas pada perkembangan industri berat dan kimia, misalnya industri pembuatan kapal. Rencana ini merupakan usaha agar kekuatan industri Korea Selatan lebih mandiri kedepan. Para chaebol dalam usaha melaksanakan kegiatan ekspor, juga mendapatkan pinjaman dana tanpa bunga dari pemerintah untuk mendirikan pabrik lebih mudah.

Keberhasilan pembangunan ekonomi kemudian menimbulkan masalah sosial di Korea Selatan, di mana tingkat pertumbuhan ekonomi daerah sektor pertanian di desa tertinggal jauh dengan daerah sektor industri di Kota. Sehingga, untuk mengurangi kesenjangan sosial serta mengembangkan dan memodernisasikan desa di Korea Selatan, maka terciptalah kebijakan Saemul Undong. Kebijakan ini bertujuan untuk membangkitkan semangat kemerdekaan dan kemandirian untuk mewujudkan desa yang lebih maju, serta kerja sama dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat pedesaan. Kebijakan ini dilaksanakan dalam tiga tahapan. Tahap pertama yaitu perbaikan lingkungan hidup pedesaan. Lalu tahap kedua memperbaiki infrastruktur desa, dan tahap yang ketiga yaitu memperluas kesempatan kerja pertanian dan non-pertanian. Sejak adanya kebijakan ini, ditahun 1978 terdapat sekitar 706 pabrik di kawasan pedesaan yang hampir seluruhnya mendapatkan bantuan subsidi dari negara.

 

Penutup

Kemajuan ekonomi Korea Selatan yang berjalan dengan mengesankan hingga saat ini dimulai dari kebijakan yang disusun oleh Presiden Park Chung Hee. Korea Selatan berhasil membangun ekonominya karena didukung dari SDA yang memadai. Hal tersebut membuktikan bahwa kesuksesan pada pembangunan Korea Selatan terletak pada kemampuan manusianya atau bisa dikatakan jika keberhasilan pembangunan tergantung dengan kebijakan yang diambil pemimpinnya.  Semua berawal dari kerja sama satu negara dengan negara lainnya, yaitu suatu negara yang pintar dalam memanfaatkan peluang, sehingga dapat mengambil keuntungan dari negara maju.

 

Teori Dependensi (Ketergantungan)

Yaitu suatu Teori yang digunakan untuk menjelaskan bagaimana hubungan antara negara maju dan negara yang berkembang. Itu semua dijelaskan oleh teori ini, karena adanya eksploitasi negara maju atas sumber daya yang dimiliki oleh negara berkembang. Negara-Negara maju tentunya telah memiliki industri yang sangat hebat dan besar, oleh karena itu mereka lebih efisien dalam masalah ekonomi, mereka bisa menyulap suatu komoditas murah menjadi komoditas yang mahal, itu semua karena bantuan teknologi yang canggih.

 

Sedangkan negara berkembang hanya memiliki teknologi yang sangat sederhana, sehingga produk-produk yang dihasilkan oleh mereka tergolong barang murah, dan itu semua berujung pada pendapatan negara yang murah.

Negara-negara maju uniknya memiliki SDA yang miskin, dan sebaliknya, negara negara miskin memiliki SDA yang kaya. Oleh karena itu, bukan masalah siapa yang SDA-nya paling kaya, tapi siapa yang bisa mengelola SDA lebih baik, dialah yang akan lebih kaya. Dalam Kasus Presiden Park Chung Hee, dia tau bahwa Korea Selatan adalah negara yang miskin, oleh karena itu dia memutar otak untuk membangun bangsa ini. Yaitu dengan memanfaatkan negara maju, dan membangun negara dari uang mereka. Tidak hanya sampai disitu, Presiden Park juga paham bahwa SDM Korea Selatan sangat rendah, sehingga dia sadar bahwa kemampuan negara maju perlu diserap oleh rakyatnya, dan itu semua terbukti ketika teknisi jepang datang ke Korea, menjadi salah satu bentuk perjanjian dari hubungan bilateral antara Korea dan Jepang. Sehingga sekarang kita bisa mengenal industri elektronik dan mobil dari Korea Selatan.

Nyatanya tidak semua negara miskin harus miskin selalu, itu semua telah dibuktikan oleh Presiden Park, bahwa negara miskin harus pintar dalam memanfaatkan peluang, dan mencari keuntungan sebanyak-banyaknya dari negara penghisap. Dan Korea Selatan menjadi sejarah itu sendiri, lepas dari kemiskinan, menatap masa depan yang penuh kemajuan.

 


Referensi

Kuntjoro-Jakti, Heru Utomo. 1995. Ekonomi Politik Internasional di Asia Pasifik. Jakarta :Erlangga

Darini, Ririn. 2010. Park Chung-Hee dan Keajaiban Ekonomi Korea Selatan. MOZAIK. Vol 5 (1) : 21 – 30

AsiaInfo.org, Korea’s Economy. 2010. http://www.asiainfo.org/asiainfo/korea/economy.htm

Rohman, Taufiq. Sejarah Korea Selatan, Negara Termiskin yang Menjadi Macan Asia. https://phinemo.com/sejarah-korea-selatan-negara-termiskin-yang-hingga-menjadi-macan-asia/referrer=https://www.google.com&csi=0

Posting Komentar