Perihal Corona dan Rindu yang Sirna

 


Terima kasih

Pernah bersedia bersama

Meski akhirnya aku menyadari

Kamu datang tidak untuk selamanya

 

Terima kasih, Kekasih

Terima kasih untuk semua hal yang pernah kita jaga

Terima kasih untuk luka yang berakhir perih

 

Tak ada lagi senja yang indah

Tak ada lagi hujan cinta tanpa kita

Semua terasa biasa saja

Tanpamu, aku akan tetap berjuang seperti semula.

 

Pandemi

Banyak hal yang hilang karenanya

Seragam kebesaranku hanya terpajang rapi di museum lemari

Buku-buku berjejer di rak dengan rapi

Sepatu baru tak mengkilap lagi.

Lebih parahnya….

Kita dipaksa sehat di negeri yang sakit

Tak sedikit yang menganggap itu hanyalah konspirasi semata

Jeritan orang-orang yang lapar

Tangisan anak-anak kecil

Keluhan bapak-ibu mereka

Sebagian orang mulai berfikir untuk turun meminta-minta di persimpangan jalan.

Sebagian yang lain dengan asyik memakan hak sesamanya.

Peraturan hanya berganti nama, enggan menanggung laparnya.

Pemerintah seolah tak mendengar

Menganggap itu hanyalah angin lalu

Dan kita hanya bisa terdiam,

Dan tak punya daya melawan.

 

Senyum yang Hilang

Kau dan aku tak bisa bertemu

Dipisahkan oleh jarak dan waktu

Dipisahkan oleh wabah penyakit yang tak menentu

 

Aku berharap semua penghalang ini segera sirna

Awan hitam berganti putih seperti sedia kala

Pelangi dengan senang hati menampakkan dirinya

Di Negeri tempat kita meng-ada.

 

Dan aku? ingin kembali melihat senyummu

Dalam kesunyian yang nyata.

6 komentar :