Mata Kakak

 


Tentang sebuah rindu yang tak lagi memiliki tempat untuk bermuara

Setelah kepergian ayah Nisa 10 tahun yang lalu , ibunya harus bekerja keras sebagai  single parent untuk menghidupi keluarganya yang terdiri dari ibu, Nisa dan kakaknya, Farel. Usia Nisa 2 bulan lagi akan menginjak 17 tahun. Dan selama itu pula Nisa tidak pernah melihat betapa cantiknya semesta dan juga paras yang dikaruniakan Tuhan untuknya.

Tapi Nisa tetap bersyukur karena ia memiliki seorang kakak yang selalu mendukungnya, dan seorang ibu yang sangat menyayanginya, walaupun ibunya jarang sekali menemani Nisa meski hanya sekedar mengobrol, karena ibunya adalah seorang pebisnis yang sangat sibuk.

Hanya Farel yang selalu ada untuk men-support Nisa ketika ia sedang kacau. Sampai-sampai kakaknya rela tidak mengikuti kegiatan apapun di kampus. Karena waktunya selalu ia habiskan untuk menemani Nisa. Farrel yang mengajari Nisa membaca dengan meraba,  mengajaknya bermain, menceritakan segala hal yang terjadi di sekelilingnya, dan menghiburnya. sehingga Nisa merasa seperti bisa melihat dunia di sekelilingnya lewat cerita sang kakak.

Meskipun waktu siangnya ia habiskan untuk adiknya, ia tak pernah melupakan kewajibannya sebagai seorang mahasiswa. Saat  Nisa tidur adalah waktunya farel untuk fokus belajar, karena ia tidak tega jika Nisa harus merasa kesepian.

Sampai pada suatu hari, Farel harus menjalankan kewajiban KKN, sehingga Farel harus meninggalkan  Nisa selama beberapa minggu.

“Dek” panggil Farel dengan lembut,  sedikit takut kalaU-kalau hal ini akan membuatnya sedih

“iya, Kak. Ada apa?” sahut Nisa

Maafin kakak ya”

Maaf kenapa, Kak?”

“Selama beberapa minggu kedepan kakak ga bisa nemenin kamu dulu.”

“kenapa ?”

“Kakak ada KKN ke luar daerah, Adek dirumah sama ibu dan bibi dulu ya, kakak janji setelah KKN selesai, kakak pasti langsung pulang buat nemenin Nisa lagi, Nisa mau oleh-oleh apa, mau kakak bawakan makanan khas daerah sana? Kamu kan hobby makan, meskipun  tetep kurus hahahaHibur Farel untuk mengusir kesedihan nisa.

Nisa gamau apa-apa, Nisa Cuma mau kakak cepet pulang aja,” ucap Nisa dengan wajah masam.

Iya, pasti kakak bakal langsung pulang kok kalau tugas kakak udah selesai, syaratnya kamu ga boleh sedih, ayo cepet senyum”

Nisa membalas dengan senyum terpaksa karena ia benar-benar sedih akan ditinggal kakaknya pergi meskipun hanya beberapa minggu. Ia tidak membayangkan betapa kosong hari-harinya tanpa kakak. Siapa yang menemaninya bercerita, siapa yang akan menghiburnya?

Keesokan harinya Farel berangkat KKN, ia pamit kepada bibi dan Nisa, ibunya sudah berangkat kerja pagi-pagi sekali. Sehingga ia hanya bisa pamit lewat chat saja.

Kakak pamit ya, Cantik”

“iya, Kakak hati – hati ya, cepet pulang”

Pasti, Dek. Assalamu’alaikum”

Wa’alaikumsalam.Dalam hati seperti berat sekali nisa melepas kakaknya untuk pergi, meskipun ini bukan kali pertama kakaknya pergi jauh. Entah mengapa hatinya begitu bimbang, tapi ia tak bisa mencegah kakaknya untuk pergi karena ini adalah tugas dari kampus.

Setelah beberapa minggu akhirnya KKN Farel selesai. Tak sabar ia pulang untuk segera melepas rindu pada Nisa, adik kesayangannya.

Di tengah perjalanan hujan lebat disertai angin, namun farel tetap memaksakan untuk cepat-cepat pulang. Ia tau adiknya pasti sudah menunggunya. Namun naas, sebuah truk besar berada tepat didepan Farel, yang sebelumnya ia tidak bisa melihat kehadiran truk tersebut karena saking derasnya hujan kala itu dan karena jalanan licin membuat Farel hilang kendali, iapun terguling ke jurang.

Setelah hujan reda, Farel baru dibawa ke rumah sakit oleh warga sekitar, sembari menghubungi ibunya.

Pada saat ibunya sampai di rumah sakit tempat Farel dibawa oleh warga sekitar, keadaan Farel sudah tidak bisa tertolong. Tangis ibu pecah, namun apalah daya ia tak bisa apa-apa karena Farel telah menghadap Sang Robb. Sebelum nafas terakhirnya ia berpesan pada dokter yang menanganinya, untuk mendonorkan kornea matanya kepada adiknya.

Setelah mendengar penuturan dokter mengenai wasiat Farel yang terakhir akhirnya dengan menahan tangis ibunya pulang untuk membawa Nisa ke rumah sakit.

Nisa, ayo ikut ibu nak”

Kemana bu?”

“Kita akan ke rumah sakit, ada seseorang baik hati yang mau mendonorkan kornea matanya kepada Nisa, Nisa pasti senang, setelah ini nisa akan bisa melihat betapa manisnya wajah putri ibu ini”

Benarka, Bu. Masyaallah, siapapun orangnya semoga Allah memberikan balasan atas kebaikannya ya, Bu. Aamiin

Sesak. Sambil berusaha menahan tangisnya ibu menuntun Nisa menuju mobil untuk perjalanan ke rumah sakit

Ibunya langsung membawa Nisa ke ruang operasi. Dan setelah berjam-jam akhirnya operasi selesai dan berjalan sukses. Selepas operasi tersebut, jenazah Farel dimakamkan

Setelah satu minggu mata Nisa ditutup dengan kain kasa. Akhirnya mata Nisa diperbolehkan untuk dibuka.

Ibu

Ibu memeluk Nisa, tangis mereka pecah. Dan Nisa pun teringat kakaknya.

Mana kakak, Bu. Dia pasti juga bahagia sekali, aku tidak sabar melihat wajah kakak”

Dengan tangisnya yang masih sesenggukan Sang Ibu berusaha kuat untuk menceritakan semuanya kepada nisa. Nisa kaget, ia berontak tidak percaya bahwa kakaknya sudah meninggalkannya untuk selamanya. Ia berlari menggandeng ibunya untuk dibawa kemakam kakanya. Dengan tangis yang tak bisa terbendung ia memeluk pusara kakaknya. Nisa benar-benar terpukul atas kepergian kakak kesayangannya, Farel.

~

Sejak saat itu, kemanapun dan dimanapun Nisa berada ia selalu membawa cermin, dan setiap kali Nisa mengingat kakaknya ia akan menatap mata kakaknya yang sekarang menjadi bagian dari dirinya. Kasih sayang kakak itu abadi meski raganya tak ada lagi di sisi, tapi lewat mata Sang Kakak, cintanya selalu bisa dirasakan.

6 komentar :