Perkuat Toleransi, kelompok KKN 40 UIN Walisongo Adakan Kunjungan ke Pura

 


Dalam rangka menguatknan moderasi beragama khususnya pada bidang toleransi antar umat Beragama, Tim 40 KKN RDR 77 UIN Walisongo Semarang adakan kunjungan ke Pura Agung Giri Natha Semarang sekaligus berdiskusi perihal Agama Hindu dan Perannya untuk Indonesia, pada Sabtu (06/11).

Rampung dibangun pada 1984, Pura Agung Giri Natha sekarang dijadikan Pura Provinsi Jawa Tengah. Terletak di Jl. Sumbing No. 12 ini bisa dikunjungi siapa saja. Kedatangan Tim KKN 40 disambut baik oleh pengempon Pura Agung Giri Natha Semarang.

Menurut Syafiq Yunensa pada sambutan di awal diskusi, moderasi beragama dianggap sangat penting karena dengan majemuknya masyarakat Indonesia dan banyaknya ragam yang ada di tengah-tengah masyarakat, harus saling toleran untuk menjadikan persatuan. Dan setiap agama yang dianut atau yang diyakini oleh setiap manusia mempunyai nilai luhurnya masing-masing.

“Seperti kata Gus Dur, bahwa Indonesia ada karena perbedaan. Bila perbedaan itu tidak kita kelola dengan baik dengan membangun sinergitas antar sesama anak bangsa, maka bisa menimbulkan malapetaka. Maka kunjungan kawan-kawan kelompok 40 ini, adalah bagian dari menguatkan kebersamaan dalam perbedaan itu,” ucap Syafiq Yang juga salah satu penggerak Gusdurian Semarang.

Di Pura Giri Natha sendiri sudah menerapkan prinsip-prinsip moderasi sejak pertama kali di bangun,di antaranya tidak sedikit orang dari agama selain Hindu yang membantu pekerjaan di Pura tersebut.

“Dalam Hindu kami diajarkan ‘Tat Twam Asi’ yang artinya aku adalah kamu, dan kamu adalah saya. Maka kami sebagai Umat Hindu memperlakukan sesama manusia entah itu dalam lingkup satu agama maupun tidak, dengan perlakuan yang sama, sebagaimana kami memperlakukan diri kami sendiri,” ucap Ida Bagus Gde Winaya salah seorang Pinandita Pura Agung Giri Natha Semarang.

Selain itu Dokter Komang Dipta, salah seorang penggerak Persaudaraan Lintas Agama Semarang yang beragama Hindu, mengatakan bahwa agenda seperti ini perlu terus dilakukan karena bicara moderasi tak bisa hanya sebatas teori-teori.

“Datang langsung ke sumbernya untuk menghindari prasangka buruk dan stigma yang berkembang adalah salah satu cara untuk merajut harmoni dan memupus prasangka.” Tuturnya.

Seusai diskusi, tim 40 diarahkan untuk masuk ke bagian inti dari Pura tersebut untuk melihat bagaimana tempat Ibadah Umat Hindu dan berkunjung ke spot foto strategis yang menampilkan pemandangan indah kota Semarang yang terdapat di salah satu sudut lingkungan Pura tersebut.

 

 


Rep: Keredaksian Digdaya  

 

Posting Komentar